EXPRESI.co, BONTANG – Anggota DPRD Kota Bontang, Faisal, meluapkan kekesalannya terkait distribusi air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Taman yang tak kunjung membaik. Dalam rapat paripurna, Senin (23/6/2025) malam, ia mengaku nyaris setiap hari dimarahi istri karena air baru mengalir tengah malam.
“Ini sudah hampir 10 hari air baru mengalir kalu malam. Saya tidak bisa begadang, jadi air saya biarkan mengalir begitu saja. Besok-besok kalau tagihan membengkak, saya tidak mau bayar,” ujar Faisal dengan nada tinggi, disambut gelak tawa sebagian peserta rapat.
Politisi NasDem itu menambahkan, kondisi ini tidak hanya dialaminya secara pribadi, tapi juga banyak warga yang menyampaikan keluhan serupa. “Kami ini tiap hari diomelin di rumah karena air tak lancar,” katanya.
Menanggapi keluhan tersebut, Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, berjanji akan menyampaikan langsung kepada Dirut PDAM agar segera memperbaiki performa layanan.
“Memang Bontang mengandalkan air bawah tanah. Ke depannya, kita upayakan pasokan air dari void bekas tambang Indominco, Insya Allah bisa menyuplai 200 liter per detik, 150 untuk Bontang, 50 untuk Kutim,” jelas Neni.
Namun, tanggapan berbeda datang dari Dirut PDAM Tirta Taman, Suramin. Ia menyayangkan pernyataan Faisal yang dinilai tidak disertai laporan resmi ke PDAM. “Kenapa tidak dilaporkan ke PDAM? Masa kami harus urus sampai ke keran rumah tangga? Itu untung saya tidak hadir, kalau hadir pasti saya sikat di forum,” tegas Suramin.
Menurut Suramin, air yang baru mengalir malam hari disebabkan oleh beban puncak, yakni lonjakan penggunaan air di siang hari. Dia menyarankan pelanggan mengatur aliran air menggunakan stop kran atau memasang floating valve di tandon agar tidak tumpah.
“Kalau malam tekanan air besar karena banyak yang tidak pakai. Sederhana saja, tinggal kecilkan kran. PDAM tidak mungkin melayani sampai dalam rumah pelanggan,” ujarnya.
Suramin menyebut kondisi ini bersifat kasuistis dan baru berlangsung sekitar 10 hari. Ia meminta masyarakat segera melapor secara resmi agar bisa ditindaklanjuti dengan survei ke lapangan. “Kalau memang tekanannya bermasalah dan terjadi secara luas, jaringan akan kami atur ulang. Tapi kalau cuma satu dua rumah, masa semua harus digeser? Nanti malah banyak air terbuang,” pungkasnya. (*/Fn)

Tinggalkan Balasan