EXPRESI.co – Penggemar Star Wars pasti takjub melihat dua matahari menyinari langit Tatooine, tempat tinggal Luke Skywalker. Namun, tahukah kamu, pemandangan spektakuler ini sesungguhnya sangat umum di ruang angkasa? Faktanya, hampir separuh bintang seukuran Matahari yang tersebar di galaksi memiliki pendamping. Dikenal sebagai bintang biner, ada sistem bintang yang terdiri dari dua komponen bintang yang saling mengorbit di sekitar pusat massa.
Banyaknya bintang biner di alam semesta menimbulkan pertanyaan menarik seputar potensi keberadaan alien pada sistem bintang tersebut, serta layak tidaknya untuk dihuni seperti sistem bintang tunggal.
Pertanyaan-pertanyaan itu berusaha dijawab dalam studi yang terbit di jurnal Nature pada Senin (23/5/2022). Dipimpin oleh Jes Kristian Jørgensen, ahli astrofisika Niels Bohr Institute di Universitas Copenhagen, tim peneliti mengamati terbentuknya bintang biner NGC 1333-IRAS2A yang terletak sekitar 1.000 tahun cahaya dari Bumi.
Hasil pengamatan beresolusi tinggi, yang digabungkan dengan simulasi canggih, menunjukkan, “sifat-sifat bintang yang baru terbentuk sangat dipengaruhi oleh sistem biner dan multiplisitas, begitu juga dengan struktur fisik dan kimia dari piringan protoplanet, serta sistem planet mana pun yang berpotensi muncul.”
Temuannya sangat menarik, karena itu artinya akan ada lebih banyak instrumen yang lebih mutakhir untuk membantu pencarian kehidupan ekstraterestrial di masa depan. “Ini meningkatkan pentingnya memahami proses pembentukan planet di sekitar berbagai jenis bintang. Hasil semacam itu dapat menunjukkan dengan tepat tempat mana saja yang berpotensi memiliki tanda-tanda kehidupan.”
Tim peneliti Jørgensen berhasil mengumpulkan detail baru tentang dinamika dan komposisi kimia NGC 1333-IRAS2A berkat bantuan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), salah satu observatorium tercanggih yang berada di Chili. Selama pengamatan yang berlangsung dua malam pada Juli 2019, mereka menyaksikan saat-saat sistem bintang ganda terbentuk.
Sistem bintang lahir dari runtuhnya awan gas dan debu yang disebut piringan protoplanet, yang kemudian berevolusi menjadi sistem planet. Dalam sistem biner, cakram dua bintang berinteraksi satu sama lain, dan terkadang bertabrakan hingga membentuk sifat-sifat planet yang muncul darinya.
Misalnya, hasil pengamatan ALMA terhadap NGC 1333-IRAS2A menunjukkan, interaksi antara dua piringan terkadang meruntuhkan lebih banyak gas dan debu ke arah bintang dalam sistem, menyebabkan ledakan panas dan energi besar yang dapat membuat sistem satu hingga 10 kali lipat lebih terang selama beberapa dekade. Ledakan ini membentuk awan gas natal dengan cara yang sangat berbeda dari pembentukan sistem bintang tunggal yang lebih stabil.
“Pemanasan yang muncul dari ledakan akan memicu penguapan butiran debu dan es di sekitarnya,” Jørgensen menerangkan. “Ini dapat mengubah komposisi kimia dari material yang membentuk planet.”
“ALMA mampu melakukan pengamatan pada panjang gelombang yang memungkinkan kami melihat molekul organik yang cukup kompleks, seperti molekul dengan 9-12 atom dan yang mengandung karbon,” imbuhnya. “Molekul semacam itu dapat menjadi bahan pembentuk molekul yang lebih kompleks dan penting bagi kehidupan.”
Sejauh ini, para peneliti baru bisa membuktikan proses pembentukan bintang biner berbeda dari sistem bintang tunggal. Namun, mereka tertarik menyelidiki seberapa besar potensinya menjadi tempat tinggal alien. Itulah sebabnya Jørgensen dkk. masih akan terus mempelajari NGC 1333-IRAS2A dan sistem bintang lain yang mirip dengannya. Observatorium terbaru macam Teleskop Luar Angkasa James Webb diharapkan mampu memfasilitasi pengamatannya.
Tinggalkan Balasan