EXPRESI.co, SAMARINDA – Di balik jeruji besi Lapas dan Rutan di Samarinda, semangat belajar tak padam. Suatu pagi di bulan Juni, sebuah mobil boks berwarna cerah berhenti di halaman Lapas Kelas IIA Samarinda. Di balik pintunya, bukan logistik atau tahanan, melainkan ratusan buku-fiksi, keterampilan, hingga pengembangan diri siap disambut antusias warga binaan.

Itulah wajah terbaru dari program Perpustakaan Keliling yang dijalankan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kalimantan Timur. Tahun ini, program tersebut menyasar lokasi yang tak biasa, yakni: Lapas Kelas IIA Samarinda, Lapas Narkotika Kelas IIA Samarinda, dan Rutan Kelas I Samarinda.

“Kami ingin literasi menjangkau semua. Termasuk mereka yang sedang menjalani masa pembinaan,” ujar Anita Natalia Krisnawati, Pelaksana Tugas Kepala DPK Kaltim.

Program ini adalah bagian dari layanan inklusi sosial yang dirancang untuk membuka akses literasi tanpa batas sosial, ruang, atau stigma. Menurut Anita, literasi bukan sekadar kemampuan membaca, tetapi jalan menuju pemulihan, refleksi, bahkan harapan baru. “Buku-buku yang kami bawa mencakup berbagai tema—dari keterampilan menanam, memasak, hingga novel fiksi yang bisa menjadi pelarian mental,” katanya.

Antusiasme datang bukan hanya dari petugas, tapi juga dari para penghuni lapas. Buyung, bukan nama sebenarnya, adalah salah satunya. Setiap hari, ia rutin ke taman baca bersama teman-temannya. Buku tentang keterampilan tangan, katanya, adalah modal hidup setelah bebas nanti. “Kalau sudah bisa bikin sesuatu, kita nggak bingung cari kerja,” ujarnya.

Ia juga mengapresiasi kedatangan 100 judul baru setiap bulan. “Nggak bosan bacanya. Selalu ada yang baru.”

Petugas Rutan, Tama, mencatat bahwa dalam sehari sekitar 20 hingga 30 orang menghabiskan waktu membaca di taman baca. Koleksi fiksi seperti novel dan cerita pendek, menurutnya, jadi favorit warga binaan. “Mereka butuh ruang imajinasi. Buku membantu mereka tetap waras,” kata Tama.

Bagi DPK Kaltim, literasi bukan eksklusif milik sekolah atau ruang baca kota. Di ruang-ruang sempit penuh batas, buku bisa menjadi jendela, membuka harapan, memupuk keterampilan, dan memberi kesempatan kedua.

Program ini tak berhenti di Samarinda. DPK berencana memperluas jangkauan perpustakaan keliling ke berbagai lapas dan rutan lain di Kalimantan Timur. Pemerintah daerah percaya, tak ada tempat yang terlalu tertutup bagi cahaya pengetahuan. (*)