EXPRESI.co, BONTANG – Kematian seorang warga binaan Lapas Bontang, Daus, menyisakan misteri yang mendalam. Keluarga korban mempertanyakan luka dan lebam di sekujur tubuh Daus, yang hingga kini belum mendapatkan jawaban memuaskan dari pihak lapas.
Menurut Juliansyah, orang tua Daus, saat mereka meminta klarifikasi, pihak lapas justru mengajak berbicara secara tertutup di pojokan tanpa memberikan penjelasan yang transparan. Hingga kini, keluarga belum menerima laporan resmi terkait penyebab kematian Daus. Dokter RSUD Bontang menyebut luka-luka di tubuh korban disebabkan oleh benda tumpul.
“Kita bisa mengandai-andai berdasarkan bukti fisik. Ada memar, dan dokter pun mengakui bahwa itu akibat benda tumpul,” ungkap Juliansyah.
Kejadian ini terjadi pada Senin (19/3/2025). Keluarga mendapatkan informasi untuk menjemput Daus di RSUD Bontang karena telah meninggal dunia. “Saat tiba di rumah sakit, anak saya sudah terbujur kaku di samping pintu, seolah-olah sudah siap diangkat ke ambulans,” kata ayah korban.
Saat diperiksa, keluarga menemukan luka-luka di tubuh Daus, yang semakin memperkuat dugaan adanya tindakan kekerasan.
Keluarga juga mempertanyakan alasan Daus dihukum isolasi. Kabar yang beredar menyebutkan, Daus dihukum karena membawa ponsel ke dalam lapas. Namun, keluarga menilai alasan ini janggal karena selama ini Daus bebas berkomunikasi dengan mereka melalui video call.
“Kami punya bukti chat, napi lain juga bisa memakai HP asal membayar biaya sewa Rp8 juta per bulan. Jadi kalau ini masalah HP, kenapa justru ada pembiaran?” tegas Juliansyah.
Lima hari sebelum kematiannya, Daus sempat mengatakan kepada keluarga bahwa ia akan dihukum dan dimasukkan ke kandang macan (ruang isolasi). Ada juga dugaan bahwa Daus dihukum terkait penyelundupan narkoba ke dalam lapas. “Kalau benar soal sabu, bagaimana bisa barang itu masuk ke dalam lapas?” tambahnya.
Informasi yang simpang siur membuat keluarga tambah curiga, ayah Daus menyebut jika tidak ada yang ditutupi, seharusnya piak Lapas Bontang memberikan informasi yang terang.
Menanggapi tudingan keluarga, Kepala Keamanan Lapas Bontang, Angga, membantah adanya intimidasi. Ia juga menyatakan bahwa Daus masih dalam keadaan sadar saat dibawa ke RSUD.
“Kami sudah berusaha menghubungi keluarga sejak awal, tetapi nomor yang dihubungi tidak tersambung. Baru sekitar pukul 10 pagi, kami berhasil menghubungi mereka,” ujar Angga, Kamis (13/3/2025).
Terkait dugaan penganiayaan, pihak lapas menyerahkan sepenuhnya kepada penyidik. Hingga saat ini, polisi telah memeriksa 10 orang, termasuk petugas lapas.
Daus diketahui ditempatkan di ruang isolasi sejak 22 Maret 2025. Pada Minggu (9/3/2025) malam, ia sempat dibawa ke poliklinik lapas karena mengeluhkan sesak napas. Namun, kondisi kesehatannya memburuk hingga akhirnya dilarikan ke RSUD Bontang, di mana ia dinyatakan meninggal dunia. (*/Fn)

Tinggalkan Balasan