EXPRESI.co – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid, menilai bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat saat ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal.
Sentimen pasar terhadap sikap Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang memberi sinyal akan menahan suku bunga acuan tinggi lebih lama, menjadi salah satu penyebab utama. Kondisi ini membuat investor lebih tertarik menginvestasikan uangnya dalam bentuk dolar AS.
“Secara risk dunia ini, Indonesia ini lebih tinggi dari Amerika Serikat. Karena everybody love dollar, merasa comfortable,” ujar Arsjad dalam wawancaranya dengan Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi, dalam program Rosi pada Kamis (27/6/2024) lalu.
Arsjad menambahkan bahwa meskipun kondisi makroekonomi Indonesia saat ini dalam keadaan baik, pelemahan rupiah tetap perlu diwaspadai oleh para pengusaha karena dapat mempengaruhi keberlangsungan usaha mereka.
“Ini tetap harus diwaspadai, dalam bisnis juga harus tetap agile. Karena secara geopolitik tidak bai-baik saja. Secara makroekonomi, Indonesia baik-baik saja,” ujarnya.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat menyentuh angka Rp16.431 per dolar AS pada Mei lalu, yang dipengaruhi oleh kekecewaan pasar terhadap kondisi perekonomian global. Suku bunga The Fed diperkirakan tidak akan mengalami penurunan sebanyak yang diharapkan pasar, dengan Fed Fund Rate (FFR) masih stabil pada posisi 5,5 persen hingga saat ini.
Arsjad Rasjid menyebut pentingnya kewaspadaan dan fleksibilitas dalam dunia bisnis, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik dan dinamika pasar global yang terus berubah. (*)

Tinggalkan Balasan