EXPRESI.co, BONTANG – Sore itu, di Jalan D.I Panjaitan, kendaraan berderet, beradu cepat dengan waktu. Di antara deretan bangunan di pinggi jalan, sebuah ruko bercat oranye berdiri mencolok.

Di dalamnya, seorang pemuda berambut gondrong dengan kacamata bertengger diwajahnya terlihat sibuk mengolah potongan ayam di wajayang mendesis. Tamoak cekatan mengolah ayam dengan balutan bumbu yang berkeliut di minyak panas.

Ia tampak asyik tenggelam dalam ritme, kaos oblong dan celana pendeknya seakan turut menari mengikuti irama kerja keras yang terpancar disetiap gerakannya.

Pemuda tanggung 27 tahun itu adalah Muhammad Bagus Setiawan. Nama yang mungkin masih asing di telinga banyak orang, namun bagi warga Bontang, terutama pencinta kuliner ayam geprek, sosok Bagus adalah pionir baru. Di usia yang masih belia, Bagus telah memahat kesuksesan dengan tangan dan peluhnya sendiri, membangun bisnis kuliner yang ia beri nama Geprek T’men.

Setiap keping keringat, setiap letupan api di dapurnya adalah saksi dari etos kerja baja dan ketekunan yang ia warisi dari sosok seorang ayah yang tak banyak bicara.

“Bapak bukan orang yang banyak bicara,” ungkapnya dengan senyum tipis dan suara yang hampir seperti bisikan.

Sosok ayah yang menjadi guru sejati baginya, mengajarkan dengan memberi contoh, bukan dengan kata-kata, melainkan lewat tindakan sunyi yang dalam.

Dengan suara pelan dan senyum khas, Bagus bercerita awal dia memulai usahanya. “Geprek T’men ini mas saya mulai saat covid, waktu itu saya masih kuliah,” ucapnya.

Sejak pandemi Covid-19 memaksa seluruh dunia melambat, Bagus memanfaatkan kesempatan itu untuk memulai usaha Geprek T’men dari nol. Kini, tak hanya satu, namun dua cabang Geprek T’men beridir di Bontang, satu diantaranyadi kelola sang adik.

Dibalik kesuksesan Bagus, terselip figur ayah yang tak pernah menyerah pada pekerjaan. Ayah Bagus, Chusnul Dhihin, seorang pengusaha sukses pemilik Dunia Fried Chicken (DFC) di Bontang, seorang pria yang lebih banyak berbuat daripada berkata. Terlahir dari orang tua dengan jiwa pekerja keras, Bagus membangun usahanya sendiri. Ayahnya menjadi guru dan contoh nyata baginya. Bekerja keras tanpa harus banyak bicara.

Bagi Bagus, ayahnya adalah inspirasi yang tak pernah menjejali nasihat panjang. Ketika masalah mengahampiri, ia menyaksikan bagaimana sang ayah menghadapi setiap tantangan dengan ketenangan, seolah badai itu hanyalah angin lewat. Tak ada keluh-kesah. “Sikap itu yang saya tiru sekarang,” singkatnya.

Baginya, sang ayah bukan hanya mentor, tetapi inspirasi hidup. Chusnul Dhihin tak pernah menjejali Bagus dengan teori-teori bisnis atau nasihat panjang lebar. Ia adalah bukti hidup bahwa keteladanan nyata berbicara lebih lantang dari kata-kata.

Kini, dengan bisnis yang terus berkembang dan nama yang kian dikenal, Bagus tahu bahwa dirinya bukan hanya mengejar sukses pribadi, tetapi juga meneruskan warisan seorang ayah yang pendiam namun penuh arti.

“Bapak pekerja keras, itu yang memberi pengaruh besar tanpa banyak bicara,” tutupnya. (*)