EXPRESI.co – Keluarga pasien keluhkan pelayanan Rumah Sakit Islam Bontang (RSIB). Pihak RS disebut tidak memberikan keterangan diagnosa penyakit pasien kepada keluarga.

Hal tersebut diungkapkan Heriyanto. Pria ini menceritakan pelayanan rumah sakit yang membuatnya kecewa saat istrinya dirawat.

Heriyanto mengaku tidak diberi keterangan diagnosa penyakit yang diidap istrinya. Bahkan sampai perempuan yang dicintainya itu menghembuskan nafas terakhir, Selasa (13/9/2022) lalu, Heriyanto tidak mengetahui penyakit apa yang diderita istrinya.

“Saya hanya dapat surat hasil laboratorium sama hasil swab antigen,” kata Heri, Rabu (14/9/2022).

Kepada wartawan, Heri membeberkan kronologi kejadian sebelum istrinya meninggal. Pagi, Selasa (13/9/2022) dia mengantar istri ke rumah sakit karena mengalami sesak nafas.

“Saya antar ke rumah sakit sekira pukul 09.00 Wita,” ucapnya.

Sesampainya di RS Yabis, istri Heri langsung ditangani dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pasien pun dipasangi selang oksigen untuk membantu memperlancar pernafasan.

Kemudian, kata Heri, istirnya menjalani pemeriksaan intensif oleh tim dokter. Termasuk dilakukannya swab antigen, demi memastikan kondisi apakah pasien positif Covid-19. Setelahnya, dia mendapatkan hasil uji lab dan swab antigen. Hasilnya, pasien dinyatakan positif Covid-19.

Heri pun heran, sebab usai dinyatakan positif Covid-19, istrinya tidak dirujuk ke bilik isolasi. Tetap mendapatkan perawatan dan obat-obatan oleh tim dokter di ruang IGD.

Tiga jam berselang, sekira pukul 01.00 Wita, pasien tutup usia. Dia dinyatakan meninggal dunia karena positif corona. Sementara, tidak ada keterangan lain terkait penyampaian riwayat penyakit komorbid pasien kepada pihak keluarga.

“Seharusnya kan istri saya langsung diisolasi. Tapi justru dokter malah rawat di IGD. Keluarga juga dibolehkan keluar masuk buat jenguk,” tutur Heri.

Heri menyampaiakn, sebelum dibawa ke RS Yabi, istrinya sempat diperiksa di sebuah Puskesmas di Bontang Lestari. Pasien masih mengeluh sesak nafas setelah diperiksa. Dua hari kemudian, dibawa secara mandiri oleh keluarga atas pilihan pasien ke RS Yabis.

“Sebelumya sempat ke puskesmas, tapi sakitnya sesak nafas. Cuman pas dibawa ke Yabis, malah dibilang sakit jantung dan karena Covid-19,” terangnya.

Setelah dinyatakan meninggal dunia karena Covid-19, lantas pihak keluarga mengikhlaskan almarhum untuk dimakamkan secara prosedur korban corona di Bontang Lestari. Namun masih meminta pertanggungjawaban pihak RS Yabis terkait penanganan pasien tersebut.

Dikonfirmasi terpisah, perwakilan Manajemen RS Yabis Yusran, menyatakan telah mengetahui ihwal kejadian tersebut. Namun pihaknya enggan memberikan keterangan lantaran masih akan membahas masalah ini di internal manajemen.

“Iya. Kami sudah dengar kabar itu, tapi kami perlu koordinasi dulu dengan pihak keluarga,” katanya. (*/Fn)