EXPRESI.co, BONTANG – Di ujung laut Kota Bontang, sebuah kampung kecil berdiri di atas ombak. Namanya Tihi-Tihi, sepotong dunia yang tak ditemukan di peta turis biasa, tapi menyimpan pesona yang perlahan mencuat ke permukaan.

Perjalanan ke sana bukan sekadar perpindahan lokasi. Dari pelabuhan Bontang Kuala, naik perahu kayu bermesin tunggal. Ombak tenang pagi itu, membelah air menuju barisan rumah-rumah panggung yang mengambang, seperti menantang laut untuk tetap bersahabat. Sekitar tiga puluh menit waktu yang dibutuhkan hingga akhirnya tiba, sebuah kampung terapung yang menggantung di antara langit dan air.

Tihi-Tihi adalah rumah bagi lebih dari seratus kepala keluarga, sebagian besar nelayan dan petani rumput laut. Mereka hidup di antara teritip dan garam, menggantungkan nasib pada pasang surut dan musim angin. Tapi kampung ini kini sedang menata diri, berbenah menjadi destinasi wisata pesisir andalan Kota Taman.

Saat berjalan di jembatan kayu yang menghubungkan rumah ke rumah, senyum ramah dan sapaan ringan dari warga akan menyambut. Di antara aktivitas menjemur rumput laut dan membersihkan jaring keramba, mereka masih sempat menyapa dan bercerita. Tak ada yang dibuat-buat. Semua alami, semua mengalir.

Paket wisata yang ditawarkan warga pun tak kalah menarik. Ada dua pilihan, Paket Mandiri 1 dan 2 yang menyediakan pengalaman menginap, makan, transportasi, hingga petualangan bawah laut. Snorkeling di perairan dangkal tak jauh dari kampung. Airnya jernih, nyaris tak tercemar. Di bawah sana, terumbu karang menyembul malu-malu, dikelilingi ikan-ikan kecil berwarna cerah.

Yang akan paling membekas dari kunjungan ke Tihi-Tihi bukan hanya pemandangan atau kuliner, melainkan suasananya. Kampung ini tak tergesa. Ia menyambut dengan tenang. Laut bukan sekadar pemandangan, tapi bagian dari hidup. Anak-anak bermain di ujung dermaga, tertawa riang sambil melempar jala kecil. Di kejauhan, perahu-perahu nelayan pulang membawa hasil tangkapan sore.

Tihi-Tihi bukan sekadar destinasi. Ia adalah pengalaman. Kampung ombak ini tak sedang mencoba menjadi kota. Ia hanya ingin menunjukkan bahwa tempat tinggal sederhana pun bisa menyimpan keindahan luar biasa asal dijaga, dirawat, dan dikenalkan kepada dunia dengan cara yang lembut.

Jika suatu hari Anda ingin pergi ke tempat di mana laut menyentuh jiwa dan keramahan menjadi suguhan utama, Tihi-Tihi menunggu. Tak dengan gegap gempita, tapi dengan ketenangan yang membuat Anda ingin tinggal sedikit lebih lama. (Fn)