EXPRESI.co – Hari Raya Nyepi merupakan perayaan tahun baru Saka yang memiliki sejarah panjang dan sarat makna. Tradisi ini berakar dari zaman India kuno, di mana berbagai suku seperti Saka (Scythia), Yueh-ci (Tiongkok), Yavana (Yunani), Malava (India), dan Pahlava (Parthia) sering berkonflik demi merebut wilayah subur. Meskipun demikian, terdapat masa-masa damai yang memungkinkan terjadinya akulturasi budaya, hingga akhirnya bangsa Saka menaklukkan suku-suku lain dan memulai kalender Saka pada tahun 78 Masehi dengan menobatkan Chashtana sebagai raja.
Bulan pertama dalam kalender Saka adalah Caitra, yang jatuh antara Maret dan April dalam kalender Masehi. Kalender ini kemudian diadopsi oleh Raja Kaniskha I dari Dinasti Kushan (127-150 M) dan digunakan secara luas. Tradisi perayaan tahun baru Saka dengan cara bertapa, brata, dan samadhi pun berkembang, yang kemudian dikenal sebagai Hari Raya Nyepi di Indonesia.
Nyepi di Indonesia: Tradisi yang Terjaga Sejak Abad Ke-4
Meskipun Nyepi tidak dirayakan secara khusus di India, perayaan ini telah lama menjadi bagian dari budaya Hindu di Indonesia, terutama di Bali. Diperkirakan, tradisi Nyepi telah ada sejak tahun 426 Masehi, seiring dengan masuknya agama Hindu ke Nusantara pada awal abad ke-4. Bagi umat Hindu, perayaan Nyepi diyakini membawa berkah keselamatan dan kesejahteraan bagi alam semesta dan seluruh makhluk di bumi.
Seiring waktu, Hari Raya Nyepi mendapat pengakuan resmi di Indonesia. Pada 15 Maret 1983, Presiden Soeharto menetapkannya sebagai hari libur nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1983. Sejak saat itu, Nyepi menjadi salah satu hari besar nasional yang dihormati oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Makna dan Aturan Catur Brata Nyepi
Kata “Nyepi” sendiri berasal dari “sepi,” yang berarti sunyi atau senyap. Perayaan ini dijalankan dengan penuh kesederhanaan melalui empat aturan utama yang disebut Catur Brata Nyepi, yaitu:
Amati Geni – Larangan menyalakan api, listrik, cahaya, atau hal-hal yang menimbulkan amarah.
Amati Lelanguan – Larangan berfoya-foya atau bersenang-senang secara berlebihan.
Amati Lelungan – Larangan bepergian, semua orang diwajibkan untuk tetap di rumah.
Amati Karya – Larangan bekerja selama 24 jam penuh.
Keempat aturan ini bertujuan untuk menciptakan suasana tenang yang mendukung perenungan dan introspeksi diri. Pada hari Nyepi, Bali benar-benar menjadi pulau yang “hening,” bahkan penerbangan pun dihentikan untuk sementara waktu.
Ucapan Selamat Nyepi 2025
Sebagai bagian dari tradisi, umat Hindu dan masyarakat luas saling mengucapkan harapan baik di Hari Raya Nyepi. Berikut beberapa ucapan selamat Nyepi dalam bahasa Indonesia dan Bali:
Dalam Bahasa Indonesia:
“Selamat Hari Raya Nyepi 2025. Semoga kedamaian dan ketenangan senantiasa menyertai kita semua.”
“Hari Raya Nyepi adalah kesempatan untuk membersihkan hati dan memperbaiki diri. Semoga damai selalu.”
“Semoga Hari Raya Nyepi ini menjadi momen refleksi diri dan memperbaiki segala kekurangan. Selamat menyambut Tahun Baru Saka 1947!”
Dalam Bahasa Bali:
“Rahajeng Nyepi Caka Warsa 1947. Dumogi ring rahina suci puniki, kerahayuan lan kerahajengan ngawitin ring ati sareng sami.”
“Ring rahina Nyepi, titiang ngalaksanayang introspeksi ring sekancan anggawe.”
“Rahajeng Nyepi, dumogi kasucian Nyepi ngewetin jiwa sane tenang lan pikiran sane terang.”
Kesunyian yang Menjadi Simbol Perdamaian
Nyepi bukan hanya sekadar hari libur, tetapi juga simbol penting bagi umat Hindu dalam menemukan keseimbangan batin. Kesunyian yang menyelimuti perayaan ini memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi mendalam, memperkuat iman, dan menyelaraskan diri dengan alam.
Melalui Nyepi, Bali dan masyarakat Hindu di Indonesia mengajarkan kepada dunia tentang arti penting kedamaian, introspeksi, dan harmoni dengan lingkungan. Semoga Hari Raya Nyepi 2025 membawa ketenangan dan kesejahteraan bagi seluruh makhluk di bumi. Om Shanti Shanti Shanti Om. (*)

Tinggalkan Balasan