Pawai Heboh di Berbagai Kota Rayakan Tim Tiongkok Juara Dunia ‘League of Legends’

EXPRESI.co, BONTANG – Kemenangan tim esports di kejuaraan dunia memicu perayaan nasional di berbagai kota Tiongkok sepanjang akhir pekan lalu. Para penggemar meluapkan kegembiraan mereka dalam perayaan meriah yang jarang terjadi di negara tersebut, di tengah berlakunya pembatasan waktu bermain video game yang ketat oleh pemerintah.

Tim Edward Gaming (EDG) dari Shanghai mengalahkan tim Korea Selatan DWG Kia dalam Kejuaraan Dunia League of Legends 2021 yang diselenggarakan di Ibu Kota Islandia, Reykjavik, pada 6 November 2021. EDG menjadi tim China ketiga yang menyabet gelar juara sejak turnamen dimulai pada 2011 lalu. EDG membawa pulang uang tunai sebesar US$489.500 (setara Rp7 miliar).

Klub tersebut didirikan oleh Zhu Yihang, putra taipan Zhu Mengyi. Rata-rata tim esports China dikelola pebisnis dan raksasa teknologi.

Kemenangan ini terjadi pada saat industri esports China menghadapi masa depan tak pasti akibat ketatnya peraturan pemerintah. Mulai Agustus 2021, Beijing memerintahkan semua perusahaan teknologi membatasi waktu bermain game anak-anak di bawah 18 tahun selama satu jam tiap Jumat, Sabtu, Minggu dan hari besar. Kebijakan ini dibuat untuk menanggapi keluhan orang tua akan bahaya video game bagi kesehatan fisik dan mental anak-anak mereka.

Dengan sebagian besar pemain profesional masih berusia muda, peraturan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap calon bintang esports dan program pelatihan. Baru-baru ini, sejumlah turnamen esport menaikkan usia minimum dari 16 atau 17 tahun menjadi 18 tahun.

Namun, perayaan besar-besaran akhir pekan lalu menunjukkan berbagai upaya pembatasan generasi tua dan pemerintah tak menyurutkan semangat esports di negara itu.

Babak final berlangsung hingga tengah malam waktu Tiongkok. Tagar yang terkait dengan EDG menduduki puncak daftar tren di situs mikroblog Weibo. Menurut laporan media, yel-yel “EDG, go!” menggelegar dari gedung asrama, sedangkan yang lain merayakannya dengan heboh di lapangan kampus.

Video-video yang tersebar di Weibo juga memperlihatkan kerumunan mahasiswa mengibarkan bendera EDG dengan penuh semangat di sekitar kampus. Mahasiswa sebuah universitas di provinsi barat laut Shaanxi berusaha mengibarkan bendera di tiang, tapi segera dihentikan petugas kampus.

Namun, perayaan ini menuai kritikan, terutama dari perempuan. Beberapa netizen menyebut kebisingannya contoh dari maskulinitas beracun, sedangkan yang lain mempertanyakan kenapa tingkah semacam ini dimaklumi tapi giliran fandom yang didominasi perempuan malah diejek. EDG menyerukan agar penggemar menjaga ketertiban melalui postingan Weibo sekitar pukul setengah tiga pagi waktu setempat. Pihak berwajib memperingatkan agar penggemar tidak keluar tanpa busana setelah muncul desas-desus ada yang berlarian telanjang bulat.

Pemerintah Tiongkok masih bersikap setengah hati terhadap esports. Mereka mengungkapkan kekhawatiran tentang potensi kecanduan game, tapi juga menyadari kebutuhan mengembangkan bakat di industri miliaran dolar ini.

Dalam artikel yang diterbitkan pada September, kantor berita pemerintah Xinhua menjelaskan orang-orang yang berbakat di bidang esports wajib menyelesaikan sekolah sebelum menjadi pemain profesional. Tujuannya agar anak-anak dan industri esports memiliki “masa depan gemilang”.

Media nasional memberitakan kemenangan EDG. Xinhua, lembaga penyiaran CCTV, dan Liga Pemuda Komunis cabang Shanghai juga menyelamati tim esports pada postingan Weibo Minggu lalu.

Esports akan menjadi cabang olahraga resmi di Asian Games 2022 yang diselenggarakan di kota Hangzhou, Tiongkok. Ada delapan game yang akan dipertandingkan, termasuk League of Legends, Dota 2 dan PUBG Mobile.

Follow Viola Zhou di Twitter.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest Articles