EXPRESI.co, SAMARINDA – Krisis kelistrikan masih membayangi kehidupan masyarakat di pedalaman Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur. Hingga pertengahan 2025, sebagian besar kampung di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia itu belum sepenuhnya teraliri listrik.

Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ekti Imanuel, menilai bahwa pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan solusi paling rasional untuk mengatasi persoalan tersebut, ketimbang terus bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang dinilainya boros dan kurang efektif menjangkau wilayah terpencil.

“Mahulu itu butuh investor, khususnya di sektor energi. Di sana ada 50 kampung yang tersebar di lima kecamatan. Lokasinya berjauhan dan aksesnya sulit,” ujar Ekti.

Menurutnya, penggunaan PLTD hanya bisa menjadi solusi sementara dan tidak efisien untuk kebutuhan jangka panjang. Ia menekankan bahwa pemanfaatan teknologi energi terbarukan, khususnya tenaga air, akan lebih hemat dan berkelanjutan untuk masyarakat Mahulu.

“Kalau terus andalkan PLTD, biaya operasionalnya sangat tinggi. Dengan teknologi terbarukan seperti tenaga air, akan jauh lebih efisien dan bermanfaat bagi masyarakat,” jelasnya.

Ekti meyakini bahwa masyarakat Mahulu akan menyambut positif apabila ada investor yang serius menanamkan modal di sektor kelistrikan. Menurutnya, keberadaan listrik menjadi fondasi utama bagi kemajuan desa dan percepatan pembangunan di wilayah tertinggal.

“Listrik itu kunci utama. Kalau sudah ada listrik, pembangunan lain bisa ikut bergerak. Warga pasti senang kalau ada investor yang masuk ke sektor ini,” tegas politisi dari daerah pemilihan Mahulu tersebut.

Meski belum memiliki data lengkap mengenai jumlah kampung yang belum tersambung jaringan listrik, Ekti menyebut dua kecamatan terluar—Long Apari dan Long Pahangai—sebagai wilayah dengan tantangan infrastruktur paling besar.

Saat ini, PLTD yang tersedia hanya mampu menyuplai listrik di pusat kecamatan dan belum menjangkau kampung-kampung yang berada di daerah yang lebih terpencil dan sulit diakses.

“Karena itu, kami sangat berharap ada realisasi investasi di bidang energi terbarukan. Ini demi menjawab kebutuhan dasar masyarakat Mahulu yang selama ini masih seperti hidup dalam kegelapan,” pungkasnya. (Adv/DPRD Kaltim/IA)