EXPRESI.co, BONTANG – Kedutaan Besar Australia di Jakarta bersama dengan Konsulat Jenderal Australia Makassar akan menyelenggarakan tur virtual Museum Nasional Australia, Yidaki: Didjeridu and the Sound of Australia, yang dapat diakses secara publik sebagai bagian dari Pekan NAIDOC 2021.

Acara yang berlangsung secara virtual ini akan diselenggarakan pada hari ini, Kamis (15/7/2021) pukul 15.00 WIB.

Sebelum tur virtual dimulai, Margo Neale, Kepala Pusat Kuratorial Pengetahuan Adat, Museum Nasional Australia — yang juga akan memimpin tur online ini — menjelaskan sejumlah hal dalam sesi wawancara dengan media.

Margo Neale memaparkan kisah orang Yolŋu di timur laut Arnhem Land dan pemeliharaan instrumen Yidaki, serta sejarah orang Yolŋu dan hubungannya dengan para pelaut Sulawesi Selatan sejak tahun 1700-an yang menjadi cikal bakal awal hubungan Indonesia-Australia.

“Sudah ada hubungan yang terjalin penduduk di Arnhem Land dan orang Sulawesi Selatan. Setiap tahun ada semacam pembaruan hubungan serta transaksi,” ujar Margo Neale, dalam sesi media interview pada Kamis (15/7/2021) siang.

“Sekitar 400 tahun yang lalu, orang aborigin juga tinggal di Sulawesi Selatan dan memiliki keluarga di sana. Hubungan kedua pihak juga selalu terjaga. Dalam 20-30 thun ini ada perayaan reuni dan semacam atensi kepada pertukaran hubungan yang dimulai 300-400 tahun lalu,” tambahnya.

Margo Neale memaparkan apa hal yang melatarbelakangi hubungan orang Makasar dengan suku Aborigin di Australia bisa terjalin begitu panjang.

“Ada ritual dan perayaan serta penggunaan bahasa dari Sulawei Selatan yang erat hubungannya dengan orang Aborigin. Oleh karenanya, hubungan kedua pihak bisa berlangsung lama.”

“Bahkan sampai area selatan Tasmania juga terjadi komunikasi.”

Kecintaan Margo Neale pada budaya Aborigin dianggapnya sebagai bentuk tanggung jawab guna melestarikan dan menjaga penduduk asli Australia tersebut.

“Saya harus menjadi pelindung mereka. Dan mereka harus selalu dihargai,” kata Margo Neale.