EXPRESI.co, SAMARINDA – Meski berperan penting dalam membentuk karakter generasi muda melalui pendidikan keagamaan, para guru ngaji di Kalimantan Timur dinilai masih belum mendapatkan kesejahteraan yang layak.
Hal ini disampaikan oleh Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur, Firnadi Ikhsan, saat memberikan pelatihan metode Ummi kepada para ustaz dan ustazah di wilayah Kutai Kartanegara. Ia menyampaikan keprihatinannya terhadap minimnya insentif dan perhatian terhadap pengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).
“Mereka ini pendidik karakter generasi kita, tapi kenyataannya masih banyak yang belum mendapatkan pengakuan maupun insentif yang layak. Ini harus menjadi perhatian bersama,” tegas Firnadi.
Ia menilai bahwa peran guru ngaji setara pentingnya dengan guru formal. Namun dari sisi kebijakan, perhatian terhadap mereka dinilai masih tertinggal jauh. Firnadi pun mendorong agar pemerintah daerah segera menyusun skema insentif khusus demi menjamin keberlangsungan pendidikan Al-Qur’an di tingkat masyarakat.
Tak hanya itu, menurutnya pelatihan metode Ummi yang digelar baru merupakan awal dari upaya peningkatan kapasitas. Firnadi membuka kemungkinan menghadirkan pelatihan-pelatihan tambahan dengan pendekatan alternatif seperti Tilawati atau Qiroati.
“Pendidikan Al-Qur’an seharusnya tidak dibatasi oleh satu metode. Setiap wilayah dan TPQ punya kebutuhan berbeda. Kita perlu memberi pilihan yang luas,” ungkapnya.
Firnadi juga menyatakan komitmennya untuk mendorong pengadaan fasilitas belajar yang memadai, peningkatan kompetensi tenaga pengajar, serta mendorong sinergi dengan berbagai sektor demi menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi santri TPQ.
“Ini bukan sekadar soal baca-tulis Al-Qur’an, tapi tentang bagaimana kita membentuk fondasi moral generasi masa depan. Dan itu dimulai dari mereka yang mengajar dengan hati,” pungkas Firnadi. (Adv/DPRD Kaltim/IA)
Berita ADV : 512
Tgl : 09/07/2025
Ket : Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Firnadi Ikhsan
Judul : Soroti Nasib Guru Ngaji, Firnadi Ikhsan: Pendidik Karakter yang Terlupakan
SAMARINDA – Meski berperan penting dalam membentuk karakter generasi muda melalui pendidikan keagamaan, para guru ngaji di Kalimantan Timur dinilai masih belum mendapatkan kesejahteraan yang layak.
Hal ini disampaikan oleh Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur, Firnadi Ikhsan, saat memberikan pelatihan metode Ummi kepada para ustaz dan ustazah di wilayah Kutai Kartanegara. Ia menyampaikan keprihatinannya terhadap minimnya insentif dan perhatian terhadap pengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).
“Mereka ini pendidik karakter generasi kita, tapi kenyataannya masih banyak yang belum mendapatkan pengakuan maupun insentif yang layak. Ini harus menjadi perhatian bersama,” tegas Firnadi.
Ia menilai bahwa peran guru ngaji setara pentingnya dengan guru formal. Namun dari sisi kebijakan, perhatian terhadap mereka dinilai masih tertinggal jauh. Firnadi pun mendorong agar pemerintah daerah segera menyusun skema insentif khusus demi menjamin keberlangsungan pendidikan Al-Qur’an di tingkat masyarakat.
Tak hanya itu, menurutnya pelatihan metode Ummi yang digelar baru merupakan awal dari upaya peningkatan kapasitas. Firnadi membuka kemungkinan menghadirkan pelatihan-pelatihan tambahan dengan pendekatan alternatif seperti Tilawati atau Qiroati.
“Pendidikan Al-Qur’an seharusnya tidak dibatasi oleh satu metode. Setiap wilayah dan TPQ punya kebutuhan berbeda. Kita perlu memberi pilihan yang luas,” ungkapnya.
Firnadi juga menyatakan komitmennya untuk mendorong pengadaan fasilitas belajar yang memadai, peningkatan kompetensi tenaga pengajar, serta mendorong sinergi dengan berbagai sektor demi menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi santri TPQ.
“Ini bukan sekadar soal baca-tulis Al-Qur’an, tapi tentang bagaimana kita membentuk fondasi moral generasi masa depan. Dan itu dimulai dari mereka yang mengajar dengan hati,” pungkas Firnadi. (Adv/DPRD Kaltim/IA)

Tinggalkan Balasan