EXPRESI.co, BONTANG – Di Bontang, suara-suara semangat perbaikan diri terdengar setiap bulannya dari gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Bontang. Di sanalah, Kepala DPK, Retno Febriaryanti, bersama timnya telah merintis sebuah kegiatan bertajuk “Revolusi Mental” sejak pertengahan 2022.

Kini, setelah 2,5 tahun berjalan, program ini terus melaju, bahkan sudah sampai ke seri kedelapan. Dengan sepuluh pertemuan per tahun, program ini menanamkan harapan agar masyarakat Bontang lebih bijak dalam berpikir, bertindak, dan melayani.

“Revolusi Mental sudah sampai seri ke-8. Tinggal dua sesi lagi tahun ini, dan kami harap bisa menjadi penutup yang mengesankan,” ujar Retno.

Dari nada suaranya, jelas terlihat bagaimana ia menaruh komitmen besar pada program ini. Ia menambahkan bahwa dua sesi terakhir direncanakan akan digelar pada awal dan akhir November 2024, sebagai penutup yang manis bagi tahun ini.

Bagi Retno, Revolusi Mental bukan hanya sekadar program. Ini adalah wujud nyata kepedulian DPK terhadap pengembangan karakter masyarakat, menanamkan nilai-nilai tanggung jawab, disiplin, dan profesionalisme.

“Kami menggelar sepuluh kali pertemuan per tahun bukan hanya soal jumlah, tapi agar kegiatan ini benar-benar memberikan dampak berkelanjutan,” kata Retno sambil tersenyum.

Ia juga menekankan bahwa frekuensi ini diselaraskan dengan anggaran yang telah mereka susun.

Setiap sesi Revolusi Mental hadir dengan warna yang berbeda. Ada sesi bulanan yang lebih ringan, yang sering diisi oleh penceramah dari Bontang. Tema yang diangkat biasanya seputar nilai-nilai sosial dan motivasi, di mana peserta bisa berdiskusi dan mendapatkan inspirasi dari pengalaman sehari-hari.

Namun, setiap tiga bulan, DPK juga mengundang narasumber profesional yang memberikan perspektif lebih mendalam tentang etos kerja, produktivitas, dan profesionalisme.

“Pembicaranya memang kami ganti-ganti. Untuk pertemuan rutin bulanan, kami menghadirkan tokoh-tokoh lokal yang sudah dikenal di komunitas, sedangkan per tiga bulan, kami bawa profesional untuk memberikan wawasan lebih luas, terutama soal profesionalisme,” ujar Retno.

Di ruang pertemuan, peserta duduk rapi, menyimak setiap kata dari para pembicara. Mereka datang dengan beragam latar belakang dan tujuan, tapi satu hal yang sama: mereka ingin lebih baik. Ingin mengubah cara pandang, cara hidup, dan menginspirasi lingkungan di sekitar mereka. Beberapa peserta bahkan mengaku sudah mengikuti program ini sejak awal dan merasakan dampaknya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi Retno dan timnya, keberhasilan program ini tidak hanya terukur dari jumlah peserta yang hadir, tetapi dari setiap perubahan kecil yang mereka dengar dan lihat di masyarakat. Retno berharap bahwa Revolusi Mental bisa menjadi bagian dari identitas Bontang, menjadi wadah di mana setiap orang bisa menemukan versi terbaik diri mereka.

“Program ini bukan hanya tentang revolusi mental dalam arti pribadi, tetapi juga revolusi kecil yang bisa berdampak besar di lingkungan sekitar kita,” pungkasnya penuh harap.

Tahun ini, program Revolusi Mental akan ditutup dengan dua sesi istimewa di bulan November. Bagi masyarakat Bontang, ini mungkin hanya satu dari sekian banyak kegiatan pemerintah, tetapi bagi mereka yang mengikuti, ini adalah perjalanan panjang menuju perubahan yang hakiki. Di bawah arahan Retno, DPK Bontang berharap program ini akan terus tumbuh, menyentuh lebih banyak hati, dan membawa semangat perbaikan diri bagi masyarakat kota. (Aj/Adv)