EXPRESI.co, BONTANG – Olahraga bertujuan untuk menjaga kesehatan. Namun musibah menimpa seorang pesepeda saat mengikuti uji coba jalur road bike Jalan Layang Non-Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang, kemarin (23/5). Ia meninggal diduga akibat serangan jantung.
Menghimpun informasi dari sejumlah media, pesepeda yang meninggal ditemukan memiliki denyut jantung 180. Angka ini dinilai terlalu tinggi mengingat denyut jantung normal berada di angka 60-100.
Michael Triangto, dokter spesialis kesehatan olahraga, menuturkan angka ini sebaiknya tidak dijadikan patokan tunggal. Tak hanya angka denyut jantung, justru orang perlu melihat secara keseluruhan meliputi usia, riwayat kesehatan, juga kondisi awal sebelum olahraga.
“Ada orang yang sampai angka 200 dan tidak ada masalah. Jangan pakai angka [ini jadi patokan] absolut. Lebih baik menggunakan angka persentase yang disesuaikan dengan tingkat kesehatan atau tingkat kondisi kemampuan tubuh saat itu,” jelas Michael, Senin (24/5).
Dalam dunia kesehatan olahraga, dikenal istilah training zone atau zona latihan. Zona latihan merupakan rentang denyut jantung ideal selama latihan yakni di 50-70 persen dari denyut jantung maksimal. Bagaimana cara mengetahui zona latihan seseorang?
Sebelum menghitung zona latihan, terlebih dahulu Anda perlu menghitung denyut jantung maksimal dengan rumus:
220 – Usia
Dia memberikan contoh, usia seseorang 60 tahun berarti denyut jantung maksimal di angka 160. Namun untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari aktivitas olahraga, Anda tidak harus mencapai angka ini. Michael berkata, olahraga dengan tujuan kesehatan cukup mencapai 50-70 persennya saja.
Berapa denyut jantung yang disarankan untuk orang usia 60 tahun?
Denyut jantung maksimal = 160 denyut per menit
Batas bawah denyut jantung = 50 persen x 160 = 80 denyut per menit
Batas atas denyut jantung = 70 persen x 160 = 112 denyut per menit
“Kalau kurang dari 80 gimana? Saya takut nih olahraga nanti malah masalah jadi saya jalan kaki saja. Kalau enggak naik ke angka 80, ya berarti jantung enggak terlatih dengan baik, olahraga enggak ada artinya. Kalau melampaui 112, bisa bahaya,” katanya. (*)
Editor: Bagoez Ankara