Gencarkan Pelatihan BHD, Dinkes Bontang Sampaikan Alasannya

Redaksi

Kabid P2P Dinkes Bontang Nur Asmah (dok: expresi)
Kabid P2P Dinkes Bontang Nur Asmah (dok.expresi/An)

EXPRESI.co, BONTANG — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang komitmen tingkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) kepada seluruh masyarakat.

Kepala Dinkes Bontang Bahtiar Mabe diwakili Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P), Nur Asmah, menyampaikan selain ditujukan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN), pelatihan tersebut nantinya bakal dilakukan untuk masyarakat umum.

“Nah sebenarnya ini kami lagi cari kumpulan organisasi masyarakat di luar daripada yang namanya ASN atau pemerintah untuk melakukan kegiatan ini,” ucapnya saat ditemui di sela-sela seminar BHD pada Rabu 22 Mei 2024.

“Saya mau mencari ke depan kalau saya dapatkan itu kontak yang bisa saya hubungi termasuk pengemudi online, Karang Taruna, itu pokoknya organisasi pemuda, kita ada rencan ke depan mau fokus sosialisasi soal ini,” tambahnya.

Nur Asmah mengaku beberapa waktu lalu pihaknya telah melakukan pelatihan ini di wilayah lapas. Namun, untuk ke masyarakat secara luas masih dicanangkan tahun depan.

“Target tahun ini sih nggak, karena kan bertahap. Kemungkinan tahun depan ya minimal yang begini kan pengetahuan dasar. Kalau untuk sekolah-sekolah sudah dilatih lewat program PMR-nya. Nahh kita maunya masyarakat umum,” ucapnya.

“Kemarin itu kita sudah ke lapas. Ada 60an yang diajarkan. Jadi rekan-rekan di sana kalau nanti keluar, harapan kita itu mereka bisa menerapkannya jika memang ada yang tiba-tiba butuh pertolongan,” tambahnya.

BACA JUGA:  DPMPTSP Bontang Sampaikan Status PKKPR PT KIB Untuk Pembebasan Lahan di Bonles

Lebih jauh Nur Asmah menyebut sekalipun angkanya masih kurang, namun pihaknya tidak melihat dari sisi itu. Alasannya, ini seperti bencana yang perlu ditindaklanjuti secara cepat melalui pelatihan dasar.

“Tapi memang masyarakat umum itu harus diajarkan ya, semacam kayak mitigasi bencana. Mereka harus punya bekal. Banyak atau tidak kasusnya, semua harus disiapkan karena yang namanya suatu aksiden (kecelakaan) kan kita tidak bisa prediksi,” tukasnya.

“Artinya, kalau masyarakat lebih tahu kan misalnya ada tetangganya atau ada warga sekelilingnya yang mengalami henti jantung atau penyakit serupa lainnya, dia kan segera bisa melakukan pertolongan pertama tanpa perlu kasak-kusuk memanggil dulu siapa yang mau nolongin,” tambah dia.

Bahkan ia mengajak wartawan agar mengetahui pola pertolongan pertama ini. “Kalau kumpulan wartawan bisa tau ini, termasuk pengemudi online. Ini yang saya mau. Karena kesulitan kami di mana bisa dapat person yang bisa memobile massanya agar diajarkan pengetahuan dasar ini.”

“Kalau memang nanti wartawan mau, boleh kita adakan pelatihan. Kumpulkan teman-teman, Karena ini hal mendasar. Dan ini ada tekniknya. Tidak sembarang. Ada juga biasanya pertolongan pertama lewat mulut ke mulut, kita kan ndak tau jangan sampai ada sakit menularnya seperti hepatitis dan lain-lain,” tambahnya.

BACA JUGA:  Disdukcapil Bontang Kebut Perekaman 2.956 Pemilih Pemula

Lebih lanjut diterangkannya alasan pihak Dinkes melakukan ini lantaran hadirnya penyakit tidak menular (PTM) yang semakin tinggi khususnya di Kalimantan Timur (Kaltim). Nur Asmah menerangakan itu mengacu kepada Survei Kesehatan Indonesia (SKI).

“Jadi begini, sekarang ini penyakit mengalami pergeseran. Penyakit tidak menular seperti hipertensi bisa mengarah ke jantung. Penyakit diabetes bisa juga mempengaruhi beberapa organ lainnya. Nahh untuk di Kaltim ini PTM tinggi. Artinya kemungkinan resiko penyakit jantung itu besar,” paparnya.

“Sekarang ini berdasarkan SKI, kalau jantung prevalensinya di Indoensia 0,85, sementara Kaltim itu 1,08. Hipertensi Indonesia 8,0. Kalau Kaltim 11,1. Penyakit Stroke di Indonesia 8,3. Kaltim 10,” tambahnya.

Mengacu dari situ, maka PTM di Kaltim terbilang tinggi dari angka prevalensi nasional. “Jadi termasuk tinggi. Rata-rata di atas standar nasional. Biasanya kita hanya mengalahkan Jogja dan Jakarta.”

“Tapi kan di Jogja itu usia harapan hidupnya tinggi. Otomatis banyak penyakit PTM, karena banyak orang tua. Kalau di Kaltim lebih banyak usia produktifnya. Jadi resikonya ke anak-anak muda ini mungkin besar juga,” pungkasnya. (An/ADV)

Print Friendly, PDF & Email

Also Read

Tags

Ads - Before Footer