EXPRESI.co, SAMARINDA – Pagi di Kota Tepian dilukis ulang dengan warna-warna segar, matahari bersinar lembut di antara awan-awan putih yang tersisa. Pantulan cahaya menciptakan kilauan di balik kain penutup jendela kaca hotel yang masih basah berembun, ternyata badai semalam lumayan kencang.
Rasanya malas cepat-cepat bangun. AC di kamar berukuran 3×3 itu cukup menghipnotis mata, sebelum Luppi, panggilan akrab pria yang bernama lengkap Sufriadi tersadar kalau jam sudah menunjukkan pukul 08.15 WITA, hanya tersisa 45 menit lagi untuk bersiap menghadiri seremoni pembukaan Pekan Olahraga Wartawan Daerah (Porwada) ke II PWI Kaltim, hari ini, Sabtu (7/12/2024).
Si tikus bergegas mandi dan ikut sarapan dengan rombongan kontingen dari Bontang. Tikus artinya tinggi dan kurus, julukan pemuda 29 tahun itu.
Setelah semua persiapan selesai, Luppi dan teman-temannya naik ke sebuah mobil tua berwarna hitam dengan nomor polisi KT 1679 D.
Ia duduk di kursi depan, sambil sesekali menoleh ke kiri dan kanan. Pemandangan jalan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur ini dihiasi genangan air hujan semalam karena permukaannya yang tidak rata, cekung bahkan berlubang.
Cukup untuk personal jalan, biarkan itu jadi tugas pemerintahan Samarinda yang baru.
Sekitar 15 menit perjalanan, rombongan tiba di Sekretariat Pengurus PWI Kaltim, Jalan Biola, Sungai Pinang Luar, Kecamatan Samarinda Kota, Kota Samarinda.
Dia melangkah keluar dari mobil dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Pandangannya langsung tertuju ke kontingen Paser dengan kostum lengkap warna hijau telur asin, tidak telalu mencolok tapi terlihat cukup solid di tengah kerumunan.
Selang beberapa lama setelah kegiatan pembukaan berlalu, matanya kembali terpaku kepada mereka, kali ini karena seorang peserta jurnalistik dari timnya sibuk menggali cerita melalui wawancara dengan kontingen tersebut.
Langkah kakinya mengarah ke kedua orang tadi, di balik sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari halaman kantor PWI Kaltim, Luppi mendengar pembicaraan itu.
“Seperti yang disampaikan ketua PWI Kaltim, apa benar sebelumnya Paser sudah ditunjuk menjadi tuan rumah Porwada II PWI Kaltim,” tanya temannya.
Sambil terus menguping, ia mulai mengamati lawan bicara yang sedang diwawancarai dengan seksama. Namanya Tomi Wirahadi Wijaya, Divisi Hubungan Antar Lembaga (Humas), PWI Paser.
“Brumm… brumm…” Suara deru motor samar, memecah detik keheningan setelah pertanyaan tadi dilontarkan.
Tomi memperbaiki posisi kacamata yang dikenakan, keringatnya bermunculan dari kerut dahi, dan dengan tenang ia mulai bercerita.
Kata dia, tahun ini menjadi momen penting bagi PWI Paser yang baru pertama kalinya ikut serta dalam Porwada Kaltim.
Apalagi setelah ditunjuk sebagai tuan rumah, harusnya ini menjadi kabar menggembirakan penuh harapan.
Sayangnya, kenyataan tidak berjalan sesuai ekspektasi. PWI Paser menghadapi kendala, dukungan pemerintah tidak sepenuhnya terealisasi.
“Kami mengajukan permohonan ke bupati sebesar Rp150 juta, kemudian diteruskan ke sekretaris daerah, lalu disposisi lagi ke pelaksana tugas kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, sampai di situ tidak ada tindak lanjut,” jelasnya dengan raut kekesalan.
PWI Paser Putuskan Mundur
Hari mulai terik, seolah mengingatkan pergerakan bumi dan waktu tak pernah berhenti. Suasana di sekitar lokasi pembukaan Porwada II PWI Kaltim semakin terasa sibuk.
Para peserta lalu lalang dengan langkah tergesa, jam di telepon genggam menunjukkan pukul 11.04 WITA. Suara rombongan Tomi kembali memecah hiruk-pikuk.
“Tittt… tittt…, buruan,“ seru salah seorang rombongan, memberi isyarat kepada rekannya untuk segera menyelesaikan aktivitas yang dilakukan.
Sementara Tomi hanya bisa membalas singkat. “Tunggu, masih wawancara,” balasnya.
“Upaya tadi, dari bupati, ke sekda, kemudian plt kepala dinas, kami juga sudah mulai bingung dengan kesibukan masing-masing,” sambung Tomi sambil sesekali melihat teman-temannya.
Rumitnya komunikasi internal, kesibukan pengurus, dan minimnya pemahaman terkait aspek teknis penyelenggaraan ikut menjadi awal pertanda yang mengarah pada keputusan bantalnya PWI Paser menjadi tuan rumah Porwada II.
Betul saja, estimasi anggaran meleset jauh dari perkiraan dan hanya akan diberi Rp50 juta. Dirinya menilai, persiapan finansial yang tidak pasti dikhawatirkan justru akan mengecewakan kontingen dari daerah lain.
Perjamuan tidak akan maksimal, terlebih kurangnya pengalaman PWI Paser mengelola porwada mengingat baru kali ini pihaknya mendapatkan kesempatan emas itu.
Tomi terus mengungkapkan sesalnya, karena pada dasarnya ia dan pengurus lainnya merasa siap memfasilitasi para pewarta untuk bertandang ke Paser dan berkompetisi dalam powarda.
“Puncaknya, pada bulan Agustus 2024 lalu, PWI Paser dan PWI Kaltim sudah berusaha menjalin komunikasi dan bersama-sama mencari solusi hingga kami putuskan mundur dengan pertimbangan tadi,” kata Tomi.
Kontingen PWI Paser tidak surut semangat, sejumlah wartawan secara mendadak beralih peran menjadi atlet dan ikut bertanding, bertekad memulihkan nama baik mereka juga menyapu bersih mendali.
Turun dengan kekuatan penuh, pastinya berharap bisa meraih juara umum. Kisahnya berakhir dengan harapan lain apabila diberi kesempatan kedua untuk menjadi tuan rumah, Tomi memastikan pihaknya siap mempersembahkan yang terbaik.
Porwada II Diambil Alih
Sore di Samarinda macet luar biasa, menguji kesabaran pengendara yang terburu-buru. Di sebuah cafe rupanya yang dicari-cari sudah menunggu, Abdulrahman Amin, Ketua PWI Kaltim.
Suasananya cukup santai, sampai saat cerita dimulai. Dirinya mula-mula menyingkirkan segelas kopi bercampur susu di atas meja itu.
Matanya menatap tajam saat memberi jawaban, ia menjelaskan alasan PWI Kaltim membatalkan Paser sebagai tuan rumah. Apalagi menurutnya, penunjukan itu dari hasil kesepakatan bersama sembilan pengurusan PWI se-Kaltim.
Pada porwada sebelumnya, PWI Paser absen mengirimkan perwakilan sehingga sangat disayangkan. Oleh karena itu, Rahman berharap agar tahun ini kontingen mereka dapat tampil dan berpartisipasi untuk menjaga semangat kompetisi antar wartawan sebagai tuan rumah.
Hanya saja, takdir berkata lain. Kontingen PWI Paser kembali menghadapi kenyataan pahit.
Rahman mengumumkan PWI Paser batal menjadi tuan rumah Porwada II Kaltim, sebuah keputusan mendadak yang mengejutkan banyak pihak.
Porwada menjadi janji politiknya saat terpilih menjadi ketua PWI Kaltim, 27 April 2024 lalu. Sehingga tidak mungkin baginya membatalkan event tersebut.
“Kita sudah turun langsung, ternyata kendalanya cukup kompleks, PWI Paser dinyatakan belum siap awal November lalu,” ujarnya.
Keterangan itu tidak jauh berbeda dengan ucapan dari Tomi, kasihan kontingen lain jika dipaksakan. Banyak sebab yang harus dipertimbangkan.
Dia harus mengambil sikap, Samarinda menjadi tuan rumah berdasarkan keputusan bersama pengurus daerah lain. Sekali lagi porwada tidak mungkin ditunda hingga tahun depan kata dia.
Meski demikian, Rahman tidak menutup kemungkinan PWI Paser bisa menjadi tuan rumah kembali. Apalagi selama ini hubungan antar pengurus daerah dan provinsi baik-baik saja.
Rahman memastikan perhelatan Porwada II PWI Kaltim 2024 berjalan dengan baik. Tahun selanjutnya, Bontang sudah mengajukan diri sebagai tuan rumah.
Fasilitas olahraga juga dianggap cukup untuk berbagai cabang olahraga yang siap diperlombakan.
Pelajaran berharga ini menjadi pengalaman berharga untuk PWI Kaltim dan PWI Paser. Rahman berharap melalui porwada, silaturahmi antar wartawan terus terjaga dan PWI di Kaltim bisa berjaya. (*)
Penulis: Zuajie
Tinggalkan Balasan