EXPRESI.co, SAMARINDA – Penurunan angka pengangguran di Kalimantan Timur (Kaltim) menunjukkan perkembangan menggembirakan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2025 tercatat sebesar 5,33 persen. Angka ini menurun signifikan dibandingkan posisi Februari 2021 yang berada di level 6,81 persen.

Namun, di balik kabar baik itu, muncul kekhawatiran akan fondasi yang menopang pencapaian tersebut. Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Agusriansyah Ridwan, memberikan catatan penting: penurunan pengangguran jangan sampai meninabobokan pemerintah daerah dari tantangan yang lebih besar, yakni ketergantungan pada sektor ekstraktif.

“Angka menurun, tapi fondasinya belum kuat. Kita masih tergantung pada tambang, padahal potensi ekonomi digital dan kreatif belum tersentuh maksimal,” ucapnya.

Sektor pertambangan memang menyerap tenaga kerja cukup besar dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan menurut BPS, dari total 2,1 juta angkatan kerja yang tercatat pada awal 2025, sebanyak 46 ribu tenaga kerja baru masuk ke sektor tambang. Kenaikan jumlah angkatan kerja ini meningkat lebih dari 113 ribu orang dibanding tahun sebelumnya, yang mencerminkan dinamika ekonomi yang cukup agresif.

Namun, Agusriansyah menilai bahwa tren ini tak bisa dijadikan acuan jangka panjang. Ia melihat perlunya pergeseran paradigma, dari sektor yang padat modal dan rawan fluktuasi harga global, menuju sektor yang lebih inklusif, seperti ekonomi kreatif dan digital.

“Anak muda hari ini butuh jalan kerja yang fleksibel dan berbasis kreativitas. Kita harus sediakan itu, bukan memaksakan model kerja lama,” tuturnya.

Baginya, pemerintah harus mulai merancang langkah konkret untuk menciptakan ekosistem kerja yang lebih adaptif dan berkelanjutan. Salah satunya dengan memanfaatkan peluang pekerjaan berbasis teknologi, seperti agritech, ekonomi hijau, hingga UMKM berbasis digital.

Ia juga mendorong adanya pemetaan potensi generasi muda melalui riset sosial. Hasil dari pemetaan tersebut nantinya bisa digunakan sebagai landasan dalam menyusun program pelatihan vokasi, sertifikasi profesi, dan pendampingan wirausaha yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah.

Tak hanya itu, Agusriansyah turut menyinggung pentingnya pembenahan di sektor pendidikan tinggi. Menurutnya, kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja masih cukup tinggi.

“Kurikulum dan jurusan kampus harus menyesuaikan tren kerja ke depan. Kita butuh lulusan yang siap terjun, bukan hanya siap wisuda,” lanjutnya.

Untuk menutup pernyataannya, Agusriansyah mengajak seluruh pemangku kepentingan agar bersama-sama menyusun peta jalan ketenagakerjaan yang berpijak pada kekuatan lokal dan inovasi.

“Lapangan kerja tak boleh hanya diciptakan oleh pasar, tetapi harus dibentuk dari potensi daerah dan karakter generasi kita sendiri,” tegasnya. (Adv/DPRD Kaltim/IA)