EXPRESI.co, BONTANG – Pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat mulai diberlakukan pemerintah dari 3 hingga 20 Juli 2021.

Hal ini membuat munculnya beragam perubahan pada kehidupan masyarakat.

Selama pemberlakuan PPKM darurat, sebagian perkantoran kembali memberlakukan bekerja dari rumah, work from home (WFH), di saat yang bersamaan anak-anak sekolah juga memasuki musim liburan.

Bagaimana cara mengatur waktu agar anak tak merasa diabaikan?

Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, Psikolog dari Klinik Terpadu Universitas Indonesia mengatakan orangtua perlu menciptakan suasana yang dapat membuat anak senang dan tak merasa diabaikan.

“Luangkan waktu, tidak harus setiap waktu, ada waktu-waktu yang sengaja diluangkan untuk beraktivitas bersama anaknya,” ujar Anna dilansir dari Antara beberapa waktu lalu.

Untuk orangtua yang bekerja dari rumah, Anna menyarankan untuk mengambil waktu cuti satu hari. Waktu ini harus digunakan secara optimal dan tidak terganggu dengan kegiatan lain.

“Setengah hari juga enggak apa-apa kita optimalkan bersama anggota keluarga, kalau bapak dan ibu bekerja, kita luangkan waktu tertentu misalnya hari Jumat pagi sampai siang beraktivitas bersama,” kata Anna.

“Jadi tetap ada waktunya untuk orangtua menyediakan waktunya untuk anak-anak di rumah. Anak-anak juga jadi enggak merasa diabaikan saat di rumah,” sambungnya.

Cara Cegah Depresi Anak selama Pandemi

Anna menyebutkan dalam beberapa kasus, terdapat remaja yang mengalami depresi ringan selama pandemi. Beberapa faktor pun menjadi pemicu, salah satunya lantaran orangtua tidak memiliki waktu bersama anak.

“Karena buat anak-anak dan remaja ini masa yang sangat membosankan banget. Itu amat sangat bisa dipahami dan beberapa ketika ditelaah lagi, bukan hanya karena mereka enggak bisa keluar rumah tapi juga ada macam-macam perdebatan di keluarga itu yang membuat mereka stres, orangtua juga enggak punya waktu untuk beraktivitas bersama mereka,” kata Anna.

Orangtua bisa membangun aktivitas sederhana bersama anak dan sebisa mungkin hal tersebut belum pernah dilakukan.

Misalnya, menata ulang letak perabot rumah atau memasak bersama.

Berbincang hal-hal ringan yang dapat membuat tertawa dan mengetahui apa yang digemari anak juga bisa menciptakan perasaan nyaman.

Yang paling penting, orangtua dapat memahami mana yang menjadi prioritas.

“Walau harus bekerja enggak apa-apa tapi harus ada waktu-waktu tertentu. Kalau enggak mungkin seharian ya enggak usah dipaksain, bosen juga kali kan mau ngapain,” pesannya. (**)

Editor : Bagoez Ankara