EXPRESI.co, BONTANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang menggelar Pertemuan Pos Upaya Pelayanan Kesehatan dengan tema ‘Tingkatan Capaian Kinerja Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) Menuju Integrasi Layanan Primer’, di Hotel Grand Mutiara, Selasa (4/6/2024).
Disampaikan oleh Kepala Dinkes Bontang Bahtiar Mabe, melalui Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Palupi Hapsa, bahwa agenda tersebut merupakan upaya menuju Integrasi Layanan Primer yang tidak lain adalah program yang tengah diupayakan Dinkes untuk Kota Bontang.
Palupi mengungkapkan bahwa saat ini Kota Bontang memiliki sejumlah Pos UKK untuk masing-masing profesi di Kota Taman itu.
“Jadi kita sudah punya 9 Pos UKK, di Gusung untuk Nelayan, Pasar di Telihan dan Rawa Indah, Peternakan Telihan, kemudian di Bontang Selatan ada Pos UKK untuk penjual jamu, terus juga ada di Lapas,” kata Palupi, yang juga merupakan penanggungjawab kegiatan tersebut.
Meski begitu Palupi mengakui bahwa pembentukan dan pembinaan Pos UKK memiliki tantangannya sendiri, terlebih Pos UKK memang berfokus pada pekerja yang bersifat informal.
“Jadi kesulitannya kita membentuk, karena kita harus mengetahui bagaimana pola perilaku pekerja tersebut, terus menentukan penyakit apa yang sering muncul pada profesi tersebut,” ujar Palupi.
“Setelah berhasil dibentuk, pembinaannya lagi yang menjadi tantangan karena yang kita bina ini pekerja informal. Contoh aja nelayan mereka itu kan ada jam tertentu bekerja, nah terkadang kalau ada penyuluhan mereka lebih memilih mencari ikan ketimbang mendengar penyuluhan,” tambahnya.
Karena itu, Palupi menyebut, pekerja tersebut harus mendapat informasi terkait pentingnya penyuluhan, “Jadi kami sampaikan, misalnya kalau nanti bapak tidak bekerja karena sakit, terus keluarganya makan apa atau keluarganya nanti bagaimana?,” papar Palupi.
Ia menjelaskan bahwa dengan adanya Pos UKK, akan menjadi perpanjangan tangan Pusksesmas untuk terus melakukan sosialisasi agar pekerja bisa menggunakan alat pelindung diri yang sesuai sehingga kecelakaan kerja bisa dihindari.
“Contoh nelayan yang tidak memakai sarung tangan saat dia mengangkat jaring, terus di tempat las ada pekerja yang tidak memakai kacamata untuk las, atau tidak memakai masker saat menggergaji kayu,” jelasnya.
“Nah itu semua fungsi Pos UKK untuk memperhatikan. Karena mereka kan kerjanya di sektor informal berbeda dengan pekerja formal ada standarnya, sementara mereka yang nelayan misalnya, kalau bukan diri sendiri yang perhatikan yaa harus lingkungan sekitarnya,” ujar dia
Lantaran itu, Palupi meminta agar masyarakat memahami bahwa Pos UKK yang dibina oleh Puskesmas merupakan inovasi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa pemninaan yang dilakukan Puskesmas adalah masalah teknis bagaimana jika pekerja tersebut sakit dan menangani penyakitnya untuk pertolongan pertama.
“Kemarin itu di Gusung bersama Indominco kami melatih bantuan hidup dasar, jadi kalau nelayan yang posisinya jauh dari fasilitas kesehatan, kita berikan pelatihan apa yang akan dilakukannya pada 6 menit pertama ketika ada korban di laut,” tandas Palupi.
Diketahui, pertemuan tersebut dihadiri Pengelola Program Kesehatan Kerja dan Olah Raga Puskesmas dan Dinkes, Pengelola Program Promkes, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Bidang Pelayanan Kesehatan, serta Bidang Pencegahan Penyakit Menular dari masing-masing Puskesmas di Botang. (Ca/Adv)
Tinggalkan Balasan