EXPRESI.co, BONTANG — Wakil Wali (Wawali) Kota Bontang Najirah turut hadir dalam acara kick-off Program Pengendalian dan Pencegahan Stunting (PEDALGAS) Tahun 2024 di Pendopo Kelurahan Guntung pada Kamis (20/6/2024).
Acara ini turut dihadiri Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang, perwakilan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Dan Keluarga Berencana (DP3A) Kota Bontang, Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (DSPM) Kota Bontang.
Tak hanya itu juga hadir Special Purpose Vehicle (SPV) Tanggungjawab sosial (TJSL) PT Pupuk Kaltim Sugeng Suedi, VP Sumber Daya Manusia (SDM) PT Pupuk Kaltim, Eko Cahyo Dewi Oktori, Camat Bontang Utara, Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Setda Bontang.
Termasuk Kepala Puskesmas Bontang Utara II, Lurah Guntung, Bhabinkamtibmas Guntung, Forum RT Guntung, Ketua Lembaga Adat Kutai, tokoh agama dan tokoh masyarakat Guntung serta orang tua sasaran PEDALGAS.
Dalam sambutannya, Najirah menegaskan bahwa stunting sebagai masalah gizi kronis yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, merupakan fokus utama yang memerlukan perhatian serius dari seluruh elemen masyarakat.
“Stunting bukan hanya masalah fisik semata, tetapi juga berdampak pada kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan pengendalian stunting harus menjadi prioritas utama kita,” ucapnya.
Lebih lanjut Najirah mengucapkan penghargaan setinggi-tingginya kepada PT Pupuk Kaltim atas konsistensi dan kepeduliannya dalam mendukung program PEDALGAS sejak tahun 2021.
Baginya, tanpa kolaborasi dari berbagai pihak, maka sulit membangun suatu daerah menjadi berkualitas SDM-nya.
“Kolaborasi seperti ini yang kita butuhkan untuk mewujudkan Bontang yang sehat, cerdas, dan berdaya saing,” tandas Najirah.
Program PEDALGAS, yang merupakan inisiatif kolaboratif antara PT Pupuk Kaltim dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang melalui Dinkes dan Puskesmas Bontang Utara II, diapresiasi sebagai bukti nyata komitmen bersama dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Tahun ini, PEDALGAS menghadirkan intervensi lebih spesifik dengan menyasar langsung pada anak-anak usia di bawah dua tahun (baduta) yang mengalami gizi buruk atau stunting.
Melalui skrining kesehatan, pemberian makanan tambahan, pemantauan gizi, serta kelas balita dan ibu, diharapkan dapat memberikan penanganan yang tepat dan komprehensif bagi baduta dan keluarga mereka. (Adv)

Tinggalkan Balasan