EXPRESI.co, TENGGARONG – Di tengah geliat pembangunan dan derasnya modernisasi, Tenggarong menunjukkan bahwa sebuah kota bisa bertumbuh tanpa tercerabut dari akar budayanya. Kecamatan yang juga menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) ini kian mantap menata diri sebagai kota wisata budaya, sebuah identitas yang kini mulai diwujudkan melalui kebijakan nyata pemerintah.

Libur panjang Hari Raya Iduladha yang jatuh pada 6–9 Juni 2025 menjadi momen yang memperlihatkan geliat baru Tenggarong. Wisatawan ramai berdatangan, menjelajahi kota yang tak hanya menawarkan pemandangan, tapi juga sejarah yang terasa hidup. Roy, pelancong asal Samarinda, mengaku takjub saat menyusuri spot-spot wisata Tenggarong.

“Tempatnya makin tertata, tetap terasa kental budaya. Liburan kali ini serasa belajar sejarah juga,” kata Roy yang menghabiskan sore di Taman Titik Nol dan pelataran Museum Mulawarman, sembari menikmati semilir angin di tepi Sungai Mahakam.

Pesona ini bukan datang tiba-tiba. Pemerintah Kabupaten Kukar sedang merampungkan Peraturan Bupati (Perbup) yang akan menetapkan beberapa titik di Tenggarong sebagai Kawasan Budaya. Rencana ini mencakup ruas-ruas penting seperti Jalan Monumen Timur dan Barat, mengelilingi Monumen Pancasila dan Kedaton Kesultanan Kutai. Serta Jalan Kartanegara dan Jalan Diponegoro yang kerap menjadi lokasi Car Free Day (CFD). Tak ketinggalan, Taman Tanjung dan Taman Titik Nol turut masuk dalam kawasan tersebut.

“Kami sedang menyusun Perbup-nya, progresnya sudah 60 persen. Ada wacana perluasan sampai ke depan Kantor Satlantas Polres Kukar,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar, Thauhid Afrilian Noor.

Langkah ini diyakini menjadi pondasi penting agar pengembangan pariwisata tidak kehilangan arah dan makna. Tenggarong tidak dibangun untuk sekadar menjadi kota indah bagi lensa kamera, tapi juga kota yang menyentuh kesadaran kolektif akan pentingnya merawat warisan sejarah dan budaya lokal.

Kini, Tenggarong bukan lagi sekadar kota pemerintahan. Ia sedang tumbuh menjadi kota yang tahu ke mana akar berpijak dan ke mana arah ingin melangkah. Sebuah kota budaya yang berdiri gagah di tepian Mahakam, menatap masa depan tanpa kehilangan jejak sejarahnya. (*)