Tak Ingin Rujukan ke RSUD Meningkat, Dokter Klinik Rahman Minta BPJS Beri Solusi Kekosongan Obat Pasien TBC di Faskes

Redaksi

dr. Rahmah mewakili Klinik Rahman menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.
dr. Rahmah mewakili Klinik Rahman menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut. (dok.expresi/Ca)

EXPRESI.co, BONTANG – Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit menular yang sangat rentan terjadi di masyarakat. Berdasarkan Tuberculosisi (TB) Report 2023, estimasi kasus TBC meningkat menjadi 1.060.000 kasus baru pertahun, dengan angka kematian mencapai 134 ribu per tahun.

Lantaran itu Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang menggalakkan untuk semua fasilitas kesehatan (Faskes) baik Puskesmas, Klinikk. maupun Dokter Praktek Mandiri (DPM) untuk bekerja sama secara aktif menemukan kasus TB sebanyak-banyaknya untuk kemudian dilakukan penekanan.

Dalam Agenda pembinaan jejaring layanan Tuberkulosis (TB) pada Klinik dan DPM yang digelar Dinkes Bontang, dr. Rahmah mewakili Klinik Rahman menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.

Rahmah menyebut bahwa TBC merupakan penyakit yang penanganannya harus tuntas dan merupakan kompetensi 4A dalam program jaminan kesehatan nasional.

BACA JUGA:  Najirah Apresiasi Bimtek BLUD untuk Peningkatan Pelayanan Kesehatan

“Artinya TBC itu harus diselesaikan di faskes primer atau fasilitas kesehatan tingkat pertama, entah itu Puskesmas, Klinik maupun DPM yang bekerjasama dengan BPJS,” papar dia, Selasa (21/5/2024).

Dirinya berharap harus ada komitmen baik dari pimpinan maupun dokter penanggungjawab klinik maupun DPM, untuk membuatkan sistem dalam menangani secara serius kasus TBC ini.

Rahmah membeberkan bahwa saat ini kebanyakan klinik masih belum mampu melakukan terapi TBC, “Padahal harusnya tuntas, karena terus terang klinik belum ada ruangan khusus dalam menangani penyakit menular berbahaya,” ungkap Rahma.

“Sehingga kalau ada pasien yang skrining kita kerja sama dengan puskesmas, kalau tinggalnya di wilayah kerja di Bontang Utara 1 tinggal kita kirim ke sana, begitu juga dengan Bontang Barat dan lainnya,” sambung dia.

BACA JUGA:  Basri-Najirah Serius Jadikan Bontang Sebagai Kota Pariwisata

Dia juga mengatakan bahwa beberapa waktu lalu sempat terjadi kekosongan obat terapi di Puskesmas maupun di Dinkes, “Pernah terjadi beberapa bulan obatnya kosong, jadi apa boleh buat semua harus ke RSUD sehingga rujukannya juga naik,” kata dia.

Lantaran itu, dia meminta agar pihak Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan, Tijar yang juga menjadi narasumber dalam agenda itu agar bisa memberikan solusi. “Yaa kita harapnya ada solusi, jangan sampai ini terjadi lagi,” tandasnya.

Diketahui, pada 2023 jumlah pasien yang dirujuk ke RSUD sebanyak 1.162 pasien, sementara pasien yang mendapatkan penanganan di tingkat pertama di tahun yang sama sebanyak 991 pasien. (Ca/Adv)

Print Friendly, PDF & Email

Also Read

[addtoany]

Tags

Ads - Before Footer