EXPRESI.co, BONTANG – Kasus stunting menjadi masalah yang terus dioptimalkan Pemerintah Kota Bontang untuk mencapai angka paling minim.

Kepala UPT Puskesmas Bontang Utara II (BU 2), dr. Dwiyanti menyebut salah satu penyebab tingginya angka stunting adalah kebiasan masyarakat buang air besar sembarangan (BABS) atau jamban cemplung.

Sebagaimana diketahui tidak sedikit masyarakat Bontang yang bermukim di wilayah pesisir, berpotensi besar melakukan BABS. Hal ini menurut Dwiyanti mengindikasikan tingginya stunting, terlebih di kawasan BU 2.

“Kita memang masuk lumayan tinggi, daerah Guntung terutama karena kami 2 kali jadi lokus,” kata Dwiyanti merasa prihatin.

Dia membeberkan stunting merupakan permasalahan gizi kronis sehingga diperlukan upaya mengintervensi masalah tersebut sejak dini.

“Namun karena di kita (Bontang) sudah kejadian seperti anak dengan tinggi badan tidak sesuai dengan umurnya nah yang harus kita cegah, angkanya jangan naik lagi,” tandasnya.

“Makanya kalau kami intervensinya ke remaja berupa peningkatan pemberian tablet tambah darah, kecukupan gizi ibu-ibu hamil sehingga tidak KEK (kekurangan energi kronis),” sambungnya.

Lebih lanjut Dwi mengatakan pada expresi.co, terkait penekanan angka stunting pihaknya juga bersinergi dengan beberapa perusahaan yang ada di Bontang.

“Terutama menggaet TJSL (tanggung jawab sosial dan lingkungan) perusahaan PKT (Pupuk Kalimantan Timur), KDM (Kaltim Daya Mandiri), dan yang lainnya untuk bersinergi dalam upaya penurunan angka stunting itu, programnya sudah banyak,” ungkapnya.

Dwi memberkan beberapa kali melakukan kerja sama dengan PJSL PKT untuk menyembuhkan anak-anak yang terindikasi potensi terkena stunting.

“Tahun lalu itu ada beberapa anak, kami berikan pemberian makan selama 3 bulan berturut-turut sesuai angka kebutuhan kalorinya dan memang ada efek,” paparnya.

“Status gizinya berubah. Nah kalau stunting ini ndak bisa kita ubah dalam waktu singkat, karena yang diukur itu tinggi badan dan itu pencapaiannya dalam hitungan tahun,” tandas Dwi. (CA/ADV)