Psikolog: Anak Muda, Generasi Paling Stres Saat Pandemi

EXPRESI.co, BONTANG – Pandemi Covid-19yang sudah berlangsung lebih dari setahun berdampak buruk pada semua orang dari berbagai usia. Namun psikolog Inez Kristanti mengungkapkan fakta bahwa berdasarkan riset, anak muda dengan rentang usia 18-34 tahun ternyata alami stres yang lebih tinggi dibanding kelompok usia lainnya.

“Kenapa milenial malah lebih stres? Karena di usia itu, anak muda tengah merencanakan hidupnya. Tapi karena pandemi ini, semuanya terbatas, mereka seperti jadi disetop semua rencananya,” ungkap Inez saat bincang #CantStopME by PermataME beberapa waktu lalu.

Tak hanya merasa dihentikan dengan paksa saat tengah merencanakan hidupnya, Inez mengungkapkan ada beberapa alasan lain mengapa generasi milenial merasa lebih stres dibanding kelompok usia lain saat pandemi.

1. Kesehatan diri dan keluarganya.

Di masa pandemi covid-19 saat ini, bukan hal yang aneh ketika generasi milenial juga khawatir dengan kesehatan mereka. Pandemi yang mulai mewabah, penyakit dan virus baru yang terus bermutasi, korban yang terus bertambah di seluruh dunia sampai belum ditemukannya obat untuk mengatasi Covid-19 membuat banyak orang khawatir. Bukan cuma khawatir pada diri sendiri tapi juga keluarganya secara keseluruhan.

“Rata-rata dengan anak generasi milenial saat ini, punya orang tua yang sudah lansia dan keluarga sendiri. Jadi kekhawatiran mereka bertambah.”

2. Gerak yang terbatas

Anak muda dan generasi milenial umumnya masih memiliki mobilitas tinggi setiap harinya. Bekerja, kongko, melakukan banyak proyek dan lainnya.

Namun ketika pandemi mulai melanda dan aktivitas serta mobilitas harian harus dibatasi, ruang gerak anak muda terasa seperti disetop.

“Banyak dari mereka di usia ini tengah ambil tanggung jawab baru, misalnya ada yang urus anak sambil urus kerja. Ada banyak tanggung jawab dan keputusan yang mereka ambil, ini yg bikin terhambat, menambah beban buat mereka.”

“Ketika mereka sudah punya planning dalam hidupnya untuk melakukan hal-hal baru, tapi ternyata pandemi. Dulu mobile skrg terbatas kegiatannya jadi butuh adaptasi.”

Hal tersebut juga diungkapkan oleh selebriti Dion Wiyoko.

“Selama 6 bulan pertama stres, financial, plan semua bubar. Butuh adaptasi beberapa waktu lalu sampai akhirnya nemu hobi baru dengan tanaman dan olahraga,” kata Dion dalam kesempatan yang sama.

3. Kekhawatiran finansial

Senada dengan Dion, Morgan Oey juga merasakan hambatan yang sama. Berbagai mimpi-mimpi besar yang ada di depan mata tiba-tiba harus terhenti. Bahkan di saat ada larangan untuk pembatasan mobilitas, Morgan mengaku tengah menjalani syuting sebagai public figure yang notabene menjadi sumber penghasilannya.

“Saat itu langsung kaget karena harus benar-benar setop aktivitas. Sempat kaget, bingung, gimana mengatasinya, syuting semua berhenti, pemasukan berkurang dan lainnya,” ucap Morgan.

Tak dimungkiri, Inez memang mengungkapkan masalah finansial menjadi salah satu masalah utama saat pandemi.

“Kekhawatirannya, selain baru mulai merancang mimpi, tapi ada pandemi lalu pekerjaan saya aman enggak ya, tabungan saya gimana.”

Langkah Memotivasi diri bebas cemas

Pandemi memang membuat banyak orang stres dan cemas. Namun kekhawatiran tersebut sebaiknya tak berlarut-larut terjadi. Beragam motivasi dan adaptasi kebiasaan baru dalam rancangan mimpi yang ‘terdesak’ juga harus diterapkan. Pandemi tak boleh menjadi hambatan jangka panjang yang mengganjal hidup dan menyetop langkah-langkah di masa depan.

Inez juga mengungkapkan bahwa hal ini semua wajar adanya. Kecemasan seringkali terkait dengan hal di luar kontrol atau kendali,

“Misalnya pandemi itu kan di luar kontrol, kita enggak bisa mengaturnya,” ucap dia.

“Supaya lebih merawat mental, generasi muda harus memilah hal yang ada di kendali kita dan di luar kendali kita. Jadi bisa menata mana yang bisa dilakukan dan diusahakan dan langkah yang bisa diambil.”

Lantas bagaimana caranya mengatasi kecemasan yang kerap menghentikan langkah dan membuyarkan mimpi anak muda?

“Banyak hal mengatasi kecemasan, tidur cukup, makan sehat, walau tidak ketemu fisik tapi koneksi dengan orang tetap dijaga, sampai memilah informasi. Amati apa yang terjadi saat kita terima informasi, sehingga bisa ambil langkah.”

Di sisi lain, Morgan memiliki berbagai langkah untuk memotivasi dirinya demi membangun harapan, baik melanjutkan mimpi dan kebebasan finansial serta membangun semangat selama pandemi.

“Karena saya sadar masih banyak mimpi yang harus dicapai, kalau Dion ingat fakta kalau dia akan segera punya anak jadi harus semangat untuk kehidupan finansial yang lebih di masa pandemi ini. Yang pasti saling menguatkan kalau cicilan masih ada,” ucap Morgan. (*)

Editor: Bagoez Ankara

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest Articles