EXPRESI.co – Tim ilmuwan menemukan fosil-fosil yang berstatus paling tua pernah ditemukan manusia. Usia fosil yang diperoleh dari penelitian kawasan perbukitan utara Québec, Kanada, tersebut mencapai 3,75 miliar tahun, bahkan bisa saja dari 4,2 miliar tahun terakhir.

Para ahli sepenuhnya bersepakat apakah fosil makhluk bersel satu tersebut terabadikan akibat proses geologi (yang berarti usianya tidak setua itu), atau memang usia biologisnya akurat. Namun tim yang melaporkan penemuan ini menilai ahli selama ini tentang masa-masa munculnya kehidupan di Planet Bumi, perlu dikoreksi setidaknya lebih cepat 300 tahun. Temuan ini bahkan secara dramatis bahwa ketika Bumi mulai membentuk planet, kehidupan turut muncul di dalamnya. Fosil ini sekaligus bisa menjadi panduan terbaru menemukan indikasi kemunculan makhluk hidup di planet lain.

Mikroba mikrobakteri tersebut diperoleh pertama kali oleh Dominic Papineau, guru besar geokimia dari University College London, pada ekspedisi 2008 di kawasan Nuvvuagittuq, salah satu bukit batu tertua yang muncul di permukaan Bumi. Sejak 2017, Papineau dan koleganya sudah menerbitkan laporan di jurnal Nature , berisi dugaan bahwa usia fosil tersebut melebihi sisa-sisa makhluk hidup yang pernah ditemukan.

Namun kala itu, artikel mereka berdebat, mengingat saja mikrobakteri tersebut berasal dari periode yang lebih muda tapi kemudian tersangkut proses pembentukan batuan yang kebetulan berasal dari masa awal terbentuknya Bumi.

Papineau terus melakukan penelitian lanjutan, dan akhirnya menerbitkan kesimpulan baru pada 12 April 2022 dalam artikel yang dimuat Jurnal Science Advances . Dia memastikan bahwa fosil tersebut memang mikrobakteri yang hidup di samudra purba Bumi, berkembang di antara celah-celah hidrotermal bawah laut ketika planet ini masih sangat belia.

“Temuan ini adalah fakta baru mengenai pembentukan ekosistem mikroba di bumi pada masa purba, yang sangat mungkin polanya bisa kita temukan di planet lain, termasuk Mars,” demikian kesimpulan Papineu dkk dalam artikel tersebut.

Jika kesimpulan Papineu akurat, maka planet yang baru terbentuk sekalipun bisa memunculkan kehidupan, asal saja prakondisinya terpenuhi. Misalnya, tersedia karbon, oksigen dan hidrogen. Itu sebabnya dia berspekulasi bahwa planet-planet yang selama ini dianggap tidak mendukung kehidupan, sebenarnya memiliki makhluk bersel satu serupa.

“Dengan adanya temuan fosil ini, kita bisa mengkoreksi asumsi mengenai periode kemunculan kehidupan, dan dengan begitu, kita bisa menemukan tanda-tanda adanya kehidupan serupa di planet lain.”

Papineu dkk menyatakan penelitian terbaru mereka mengamati sampel yang lebih detail dibanding data pada 2017, termasuk kesimpulan bahwa pola terbentuknya fosil di Kanada itu bukan akibat proses abiotik. Bentuk fosil mikrobakteri yang mereka mirip juga menyerupai makhluk bersel satu serupa yang masih hidup di dasar samudra masa kini.

“Sayangnya memang kami tidak mendapat sampel DNA untuk memperkuat pembuktiannya. Namun dari telaah morfologis, kami menemukan kesamaan antara bentuk fosil ini dengan makhluk mikrobakteri masa kini berjenis Mariprofundus ferrooxydans.” 

Selama berabad-abad, ilmuwan kesulitan mencari waktu bertahan kapan kehidupan mulai muncul di Bumi. Namun para ahli menyepapati, bahwa kemungkinan terbesar makhluk yang muncul di planet kita adalah mikroba di dekat kawah-kawah gunung api purba dasar laut. Sebab, dari lubang magma tersebut muncul zat-zat pendukung kehidupan, mencakup zat besi, karbon, hingga oksigen.

Lubang hidrotermal macam itu telah ditemukan astronom di bawah laut Europa, salah satu bulan Planet Jupiter terbesar. Temuan serupa juga diperoleh dari pengamatan permukaan Enceladus, bulan di cincin Saturnus. Artinya, sangat mungkin mikroba serupa ada di bawah laut benda-benda langit tersebut. Temuan ini juga meningkatkan kemungkinan Perserverance, robot pencarian NASA, menemukan bukti adanya kehidupan di Planet Mars. Planet tetangga Bumi sejak lama diyakini mendukung kehidupan, meski wujudnya tidak seperti yang kita bayangkan.