EXPRESI.co, BONTANG – Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, angkat bicara soal maraknya kasus pelecehan terhadap perempuan dan anak di wilayahnya. Dari Januari hingga Juli 2025, tercatat 33 kasus yang ditangani Polres Bontang.
Yang paling menonjol adalah kasus persetubuhan dengan jumlah 16 kejadian, diikuti pencabulan (6 kasus), kekerasan terhadap anak (5 kasus), kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT (4 kasus), serta masing-masing satu kasus perzinahan dan penganiayaan.
Neni menyatakan keprihatinannya sekaligus menekankan pentingnya penegakan hukum yang tegas terhadap para pelaku.
“Harus ada hukuman seberat-beratnya pada pelaku. Ini merusak masa depan anak. Nggak bisa dibiarkan,” ujar Neni usai menghadiri sebuah acara di Auditorium 3 Dimensi, Senin malam (28/7/2025).
Namun, Neni juga menyoroti faktor-faktor lain yang memicu tindakan bejat tersebut. Salah satunya adalah kemiskinan yang membuat keluarga tinggal di tempat sempit dan memicu celah terjadinya pelecehan.
“Mohon maaf ya, kemiskinan seringkali identik dengan kekufuran. Tinggal di ruang sempit, satu kamar ramai-ramai, bisa lihat paha, dan sebagainya. Apalagi kalau ada ayah tiri, itu sangat rawan,” ungkapnya.
Menurut Neni, situasi semacam itu bisa memunculkan rangsangan seksual dan akhirnya berujung pada tindakan kriminal, terutama jika tidak ada kontrol spiritual dalam keluarga.
Neni menyebut, untuk mengentaskan kemiskinan, Pemkot Bontang meluncurkan program Rumah Layak Huni. Sebanyak 50 unit rumah sudah diresmikan sebagai bagian dari upaya memperbaiki kondisi tempat tinggal warga miskin.
“Di balik pembangunan fisik itu, ada juga pembangunan kecerdasan spiritual masyarakat. Termasuk lewat peningkatan insentif kepada pegiat agama,” tegas Neni.
Tak hanya itu, Neni juga menyoroti dampak kemajuan teknologi yang membuat anak-anak dan remaja mudah mengakses konten negatif tanpa batas.
“Inilah tantangan teknologi, tergantung kita gunakan untuk apa,” ucapnya.
Peran keluarga serta edukasi kata Neni sebagai benteng utama. Ia menyebut Pemkot telah membuat SOP untuk meminimalisir kekerasan dalam rumah tangga, serta mendorong gerakan keluarga sakinah dan pemberdayaan perempuan.
“Jadi memang berat buat kita, tapi harus kita selesaikan,” pungkasnya. (*/Fn)

Tinggalkan Balasan