EXPRESI.co, SANGATTA – Keluarga Daus, warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Bontang yang meninggal dunia secara misterius, menuntut pengusutan tuntas atas kasus ini. Ayah korban, Juliansyah khawatir kejadian serupa dapat menimpa narapidana lain jika tidak diungkap secara terang.
Juliansyah menilai kematian anaknya penuh kejanggalan. Ia tidak percaya bahwa putranya meninggal akibat asma, seperti yang disampaikan pihak lapas. Menurutnya, luka lebam dan memar di tubuh Daus menunjukkan adanya dugaan kekerasan.
“Ini bukan karena asmanya. Banyaknya luka di badan anak kami yang menyebabkan kematian,” ujarnya.
Sementara, kuasa hukum keluarga korban, Bahtiar, mengatakan ada indikasi fakta yang ditutup-tutupi oleh pihak lapas. Salah satu kejanggalannya adalah keterlambatan pemberitahuan kepada keluarga saat korban dibawa ke RSUD Bontang.
“Keluarga baru dikabari beberapa jam setelah almarhum meninggal dunia. Kenapa harus menunggu lama?” tegas Bahtiar.
Saat jenazah hendak dipulangkan, pihak keluarga memutuskan untuk memeriksa langsung kondisi almarhun. Ketika kain penutup dibuka, mereka mendapati banyak luka lebam dan memar di tubuh korban.
“Dokter yang menangani juga mengatakan kepada kami bahwa luka memar tersebut akibat hantaman benda tumpul,” ungkapnya.
Bahtiar pun menepis klaim yang menyebut keluarga menolak visum. Dia bilang, keluarga hanya menolak autopsi karena pertimbangan waktu, tetapi tetap meminta visum yang dilakukan dengan bantuan kepolisian.
Juliansyah berharap kasus ini tidak berhenti begitu saja. Ia meminta aparat hukum mengusut tuntas penyebab kematian anaknya agar tidak ada lagi narapidana lain yang mengalami kejadian serupa.
“Cukup anak kami yang terakhir seperti ini. Jangan sampai napi lain mengalami nasib yang sama,” pungkasnya. (*/Fn)

Tinggalkan Balasan