EXPRESI.co, BONTANG – Tarik ulur masalah belajar tatap muka bikin gamang, padahal aktivitas ini sudah lama dinanti oleh para pelajar di Kaltim. Maklum setahun belakangan mereka hanya bisa menatap layar gawai karena aturan sekolah daring alias online.

“Saya belum mengetahui kebijakan ini untuk semua jenjang sekolah atau SMA saja,” ucap Asli Nuryadin, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda saat dikonfirmasi Jumat (22/4/2021) sore.

1. Hampir dua bulan Samarinda sudah menerapkan sekolah tatap muka

Meski demikian, Asli menyerahkan sepenuhnya kepada Wali Kota Andi Harun. Sebab dialah yang menentukan kebijakan Samarinda tetap melaksanakan sekolah tatap muka atau tidak. Lantaran TK/SD/SMP/MTsN itu masuk kewenangan masing-masing kabupaten/kota.

“Kami target 14 sekolah, kini sudah ada 9 yang melaksanakan belajar tatap muka,” terangnya.

2. Belum ditemukan kasus penyebaran COVID-19 di sekolah

Pusat pendidikan yang masuk lis belajar tatap muka, lanjut Asli, adalah sekolah pinggir Samarinda. Sebagian besar jauh dari pusat kota. Alasannya, di kawasan ini minim penyebaran pandemik COVID-19.

Pihaknya pun tak pernah asal dalam menyelenggarakan sekolah tatap muka. Selain disiplin prokes dan jam belajar yang dibatasi, pengawasan hingga evaluasi juga dilakukan. Dan hingga saat ini memang belum ada penyebaran virus corona di sekolah.

“Alhamdulillah (sekolah tatap muka) ini masih berlanjut. Kunci terakhir memang ada di orangtua, kami tak bisa melaksanakan kalau mereka tak setuju,” sebutnya.

3. Samarinda bakal membuka 50 sekolah Juli mendatang

Total ada 320 sekolah di Samarinda. Pusat pendidikan ini terdiri dari jenjang TK, SD, SMP dan MTsN. Jika memang terus berlanjut tanpa kendala corona, maka tahap sekolah tatap muka di Samarinda ini bakal terus berlanjut.

Bila tak lepas dari rencana, pada Juli nanti ada 50 sekolah yang bakal menerapkan pembelajaran tatap muka atau PTM. Beleid tersebut senada dengan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun begitu, pihaknya enggan jemawa. Karena penerapan sekolah tatap muka ini tak mudah. Risiko virus corona selalu membayangi.

“Kami juga enggan gegabah membuka semua sekolah, pasti bertahap. Tidak 100 persen,” pungkasnya. (*)

Editor : Bagoez Ankara