EXPRESI.co, BONTANG – Kota Bontang kembali mencatat prestasi di tingkat nasional. Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, menerima penghargaan Kota Layak Anak (KLA) Tingkat Utama pada Malam Penganugerahan KLA 2025 yang digelar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) RI, Jumat malam, 8 Agustus 2025, di Ballroom H.M. Rasjidi Kemenag RI, Jakarta.

Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri PPPA, Arifatul Choiri Fauzi, bersama 21 kepala daerah penerima lainnya. Bagi Neni, capaian itu bukan sekadar piagam, melainkan bentuk pengakuan atas komitmen bersama dalam memenuhi hak-hak anak.

“Ini kebanggaan bagi Bontang. Tapi yang utama adalah bagaimana kita konsisten memenuhi hak anak—hak bermain, belajar, mendapatkan kasih sayang, ruang terbuka, dan pendidikan yang baik,” ujar Neni seperti dikutip dari Pranala.co.

Namun di balik penghargaan itu, Bontang masih dihadapkan pada ironi. Data Polres Bontang mencatat, sejak Januari hingga akhir Juli 2025, sedikitnya 33 kasus yang melibatkan anak sebagai korban telah ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).

Mayoritas adalah kasus kekerasan seksual: 16 kasus persetubuhan, 6 pencabulan, dan 5 kekerasan terhadap anak. Selain itu, ada 4 kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), 1 perzinahan, dan 1 penganiayaan yang menimpa anak.

Neni menyebut, salah satu faktor yang memicu tindakan bejat tersebut kemiskinan ,kata dia keluarga yang tinggal di tempat sempit akan memicu celah terjadinya pelecehan.

“Mohon maaf ya, kemiskinan seringkali identik dengan kekufuran. Tinggal di ruang sempit, satu kamar ramai-ramai, bisa lihat paha, dan sebagainya. Apalagi kalau ada ayah tiri, itu sangat rawan,” ungkapnya beberapa waktu lalu. (*/Fn)