EXPRESI.co, SAMARINDA – Deretan panggung di halaman GOR Segiri Samarinda dipenuhi gemuruh tepuk tangan. Malam itu, Sabtu, 21 Juni 2025, menjadi penutup dari tiga hari perhelatan Pekan Kebudayaan Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Acara ini tak sekadar pesta seni, tetapi menjadi cermin bagaimana kebudayaan hidup dan berdialog dalam keberagaman di Bumi Etam.

Pekan Kebudayaan Daerah Kaltim 2025 menjadi panggung keberagaman dan harmoni budaya lintas suku di Kalimantan Timur.

Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Seno Aji, menutup langsung gelaran tahunan yang telah memasuki edisi kelima ini. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya memaknai kebudayaan sebagai ruang perjumpaan dan persatuan. “Harmonisasi budaya di Kalimantan Timur sangat besar. Dari Dayak, Banjar, Kutai, Jawa, Bali, Sulawesi hingga Sumatera, semuanya hidup berdampingan dan saling mengisi,” ujarnya, didampingi sang istri, Wahyu Hernaningsih Seno.

Selama tiga hari, berbagai lomba dan pertunjukan digelar. Mulai dari seni lukis, tari kreasi, musik tradisional, hingga kesenian rakyat dan olahraga tradisional. Tak ketinggalan pameran koleksi museum yang memamerkan kekayaan budaya benda dan tak benda. Semua menjadi bagian dari tema besar: “Menjaga Warisan Bhinneka untuk Harmoni Pilar Budaya Kalimantan Timur.”

Kaltim, menurut Seno, bukan sekadar kumpulan budaya lokal, tapi juga hasil asimilasi sejarah panjang pergerakan masyarakat. Ia menyinggung geliat seni dan ekonomi kreatif di kota-kota seperti Samarinda dan Balikpapan yang terus tumbuh. “Kami ingin budaya lokal, terutama Dayak, Kutai, dan Banjar dikenal lebih luas. Tapi bukan hanya dilestarikan, melainkan juga menjadi ruang penyatu identitas masyarakat,” kata Seno.

Tak hanya menyoal pelestarian, Pemerintah Provinsi Kaltim kini tengah merancang produksi film budaya yang akan mengangkat legenda-legenda lokal. Hal ini merespons arahan dari Menteri Kebudayaan RI yang belum lama berkunjung ke Samarinda. Langkah ini disebut sejalan dengan posisi Kaltim sebagai tuan rumah Dialog Serantau Borneo Kalimantan (DSBK) XVI 2025, yang memperkuat relasi budaya dengan negara serumpun seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim, Rahmat Ramadhan, menyampaikan bahwa Pekan Kebudayaan Daerah bukan hanya selebrasi, melainkan bagian dari strategi pelestarian kebudayaan. “Kita ingin budaya tak hanya dikenang, tapi dihidupi oleh generasi muda,” katanya.

Hadir dalam penutupan antara lain Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIV Kaltimtara, Lestari, serta jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten/kota se-Kaltim, kepala SMA/SMK, hingga pelaku budaya dari berbagai komunitas. (*)