Dalam sebuah video, tampak seorang perempuan bersandar di sela-sela akar pohon berumur ratusan tahun. Ia tengah berpose demi konten barunya di Instagram. Namun, alih-alih mendapat pujian seperti yang diharapkan, influencer asal Rusia itu justru dibanjiri komentar pedas.
Perempuan bernama Alina Fazleeva dianggap telah menghina masyarakat Bali lantaran berpose telanjang pada pohon sakral di Desa Adat Bayan, Tabanan, yang melambangkan keabadian. Menanggapi kecaman yang ditujukan kepadanya, dia buru-buru menyampaikan permintaan maaf melalui foto yang menampilkan dirinya dan suami berlutut di depan pohon kayu putih raksasa. Postingan tersebut gagal meredakan amarah netizen Indonesia. Hukuman deportasi telah menanti Fazleeva dan suaminya dua hari kemudian. Pada 6 Mei 2022, keduanya dipulangkan ke negara asal akibat melanggar budaya setempat.
Gubernur Bali I Wayan Koster enggan memberikan maaf, dan mengutuk keras perbuatan tercela mereka. “Kita jauh lebih penting menjaga budaya, menghormati, menjaga martabat Bali daripada kita mentoleransi tindakan-tindakan yang membuat budaya Bali ini tidak terjaga dan merusak citra pariwisata Bali di mata nasional maupun di mata dunia,” kata Koster saat siaran pers Mei lalu, dikutip Detik.com.
“Ini betul-betul memalukan dan tidak bisa saya biarkan. Jadi oleh karena itu saya memerintahkan kepada Kepala Kanwil Kemenkumham Bali untuk segera melakukan deportasi terhadap wisatawan-wisatawan ini yang berasal dari Rusia agar ini menjadi pelajaran bagi semua wisatawan.”
Fazleeva menambah daftar panjang bule yang bertingkah seenak udel selama liburan di Bali. Bahkan, seminggu sebelum kasusnya merebak di medsos, ada wisatawan asal Kanada, bernama Jeffrey Craigen, yang terancam dideportasi karena menari telanjang di puncak Gunung Batur.
Kelakuan buruk turis sudah lama menjadi permasalahan tersendiri di kawasan Asia Tenggara. Gunung Kinabalu di Malaysia, atau Angkor Wat di Kamboja, juga telah didatangi wisatawan rese. Namun, entah mengapa kasus semacam ini paling banyak terjadi di Bali. Dengan dibuka kembalinya sektor pariwisata Pulau Dewata, banyak pihak khawatir perilaku warga negara asing semakin menjadi-jadi di sana.
“Penduduk setempat tidak bisa berbuat apa-apa karena kehidupan mereka sangat bergantung pada pariwisata,” Megasari Noer Fatanti, peneliti ilmu komunikasi Universitas Negeri Malang, memberi tahu VICE. “Orang Bali diajarkan untuk menyambut pendatang dengan ramah.”
Megasari mendalami strategi pemasaran sektor pariwisata Bali. Menurutnya, meski daerah kepulauan itu sudah sejak lama dikenal sebagai surga dunia—sukses menarik enam juta wisatawan asing setahun sebelum pandemi—masyarakat Bali mampu menjaga kelestarian budayanya.
“Bali ibarat museum hidup. Masyarakatnya masih mempraktikkan budaya dan tradisi kuno, serta melestarikannya dengan sangat baik,” terang Ravinjay Kuckreja, peneliti yang mempelajari agama asli di Bali. “Meski orang dari berbagai jenis latar belakang telah mendatangi Bali, penduduk setempat mampu membangun benteng yang menjaga keaslian budayanya, dan tidak terpengaruh oleh pariwisata.”
“Mereka memanfaatkan pendapatan industri pariwisata untuk menunjang dan mempertahankan budayanya.”
Sebagian besar orang Bali percaya dewa dan leluhur bersemayam di gunung dan pohon-pohon suci, sehingga mereka taat melakukan ritual pemberian sesajen sebagai bentuk rasa syukur. Itulah sebabnya, walaupun banyak ditemukan adegan telanjang dalam seni tradisional Bali, berpose bugil di situs suci termasuk perbuatan tercela bagi penduduk asli.
“Masyarakat Bali memperlakukan dunia sebagai sesuatu yang perlu dijaga keseimbangannya, bukan untuk dirusak,” Kuckreja menjelaskan. “Maka ketika ada turis yang tindakannya melampaui batas, mereka dianggap telah mengotori kesakralan itu.”
Setelah dua aksi turis bugil terbaru, warga lokal segera melaksanakan ritual pembersihan di pohon kayu putih dan Gunung Batur untuk meminta maaf kepada para leluhur. Sementara itu, lusinan kamera CCTV dipasang di sekitar Pulau Ulun Danu Beratan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.
Lebih mirisnya lagi, bule bugil bukan satu-satunya yang bikin mumet orang Bali. Dua tahun lalu, influencer Rusia membuat heboh netizen Indonesia berkat aksi berbahayanya mengendarai motor hingga terjun ke laut. Pada 2021, wisatawan asal Taiwan menggambar masker bohongan di wajahnya untuk mengerjai petugas toko swalayan.
Kuckreja melihat tindakan ini sebagai peninggalan kolonialisme. “Ada mental penjajah yang membuat orang asing berpikir mereka bebas melakukan apa saja di Asia. Polisi tidak dapat diandalkan, sehingga kamu bisa bertindak sesuka hati,” katanya.
Banyak rakyat Indonesia sudah muak dengan kebodohan para bule di Bali. Pengusaha Niluh Djelantik merupakan salah satu tokoh paling vokal mengkritik perilaku buruk mereka.
Niluh mengunggah ulang video Fazleeva dan Craigen di akun Instagram-nya awal Mei lalu, dengan tujuan mempermalukan aksi mereka. “TRASHY TOURIST. GO BACK TO YOUR HOME !!!! (“TURIS SAMPAH. PULANG SANA KE NEGARA KALIAN SENDIRI !!!!”)” demikian bunyi captionnya. “Kalian boleh bersenang-senang dan menikmati pulau kami. Tapi deportasi dan konsekuensi telah menanti jika kalian tidak menghargai kami.”
Niluh sedih melihat rangkaian aksi wisatawan yang tidak tahu malu, terutama di tempat-tempat yang terkenal akan kekayaan budayanya.
“Bali layak memiliki sektor pariwisata yang berkualitas, sama seperti para wisatawan yang berhak mendapatkan kenyamanan… selama mereka mengunjungi Bali,” tutur Niluh saat dihubungi VICE. “Saya bersikap tegas seperti ini agar mereka tersadar, kalau mereka tidak diperbolehkan melakukan itu di negaranya sendiri, ya artinya mereka juga tidak boleh melakukannya di negara kami.”
Tinggalkan Balasan