SANGATTA – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur (Disdikbud Kutim) melaksanakan festival panen hasil belajar bagi calon guru penggerak angkatan kesembilan pada Minggu (28/4/2024). Acara ini memiliki signifikansi penting bagi 101 guru penggerak yang telah menyelesaikan program, serta 86 peserta dari angkatan keempat Kutim yang turut berpartisipasi dalam festival ini. Menurut Kepala Disdikbud Kutim, Mulyono, jumlah guru penggerak akan mencapai 187 orang.
Orang nomor satu di Disdikbud Kutim itu menjelaskan bahwa peningkatan kompetensi guru penggerak merupakan bagian integral dari program pendidikan di daerah tersebut. Festival ini merupakan salah satu tahapannya. Program guru penggerak sendiri bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memberikan pembelajaran yang menyenangkan dan mengedepankan kurikulum merdeka. Prosedurnya dimulai dari seleksi hingga menjalani pendidikan selama enam bulan. Keberhasilan sebagai guru penggerak akan memberikan keuntungan, termasuk menjadi prioritas untuk menjadi kepala sekolah atau pengawas.
“Harapan kita tentunya dengan adanya guru yang mengikuti program guru penggerak ini, dia bisa menjadi agen perubahan, karena bisa memberikan motivasi guru-guru yang lain dalam hal pembelajaran yang menyenangkan dan lebih baik lagi tentu 6 bulan waktu yang cukup panjang untuk menambah kapasitas dan kemampuan guru dalam hal memberikan pelajaran kepada anak didiknya,” jelasnya.
Program guru penggerak tidak hanya memberikan manfaat individu bagi peserta, tetapi juga memberikan dampak positif secara keseluruhan bagi masyarakat Kutim. Hal ini diungkapkan pula oleh Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang, yang berharap bahwa keberadaan 187 guru penggerak akan menjadi pendorong perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan di wilayah tersebut.
“187 (guru penggerak) itu akan menjadi motor penggerak atau menjadi agen perubahan. Hal ini kami harapkan menjadi dampak positif bagi dunia pendidikan di Kutai Timur,” harap Wabup.
Sementara itu, Kepala Balai Guru Penggerak Kalimantan Timur (Kaltim) Wiwik Setiawati, menyoroti pentingnya peran guru penggerak sebagai aset yang akan membantu percepatan transformasi pendidikan di Kabupaten Kutim. Dia juga menekankan bahwa seleksi menjadi calon guru penggerak bukanlah hal yang mudah, tetapi menantang, dengan membutuhkan kompetensi yang kuat dan proses seleksi yang ketat.
“Kalau mereka juga lulus pendidikan 6 bulan maka baru bisa disebut sebagai guru penggerak. Kalau sekarang posisi mereka masih calon. Calon guru penggerak,” terangnya.
Dengan semangat untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik, para calon guru penggerak ini siap untuk melangkah ke tahap selanjutnya setelah menyelesaikan pendidikan selama enam bulan. Diharapkan, keberadaan mereka akan menjadi pilar utama dalam mewujudkan visi pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing di Kutim. (*/Ipn)

Tinggalkan Balasan