Idul Adha dan Maknanya, Dari Kisah Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad

spot_img

EXPRESI.co – Idul Adha, yang dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu dari dua hari raya besar dalam Islam, yang lainnya adalah Idul Fitri. Sejarah Idul Adha berakar dari kisah Nabi Ibrahim (Abraham) yang terdapat dalam Al-Quran dan tradisi Islam.

Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail

Idul Adha dimulai dengan Nabi Ibrahim yang menerima perintah dari Allah untuk mengorbankan putranya, Ismail, sebagai bentuk ujian ketaatan. Meskipun berat, Ibrahim bersedia untuk mematuhi perintah Allah.

Ketika ia hendak melaksanakan perintah itu, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai korban.

Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Quran, khususnya dalam Surah As-Saffat (37:102-107), di mana Ibrahim dan Ismail menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada Allah.

Sebagai balasan atas ketaatan mereka, Allah memerintahkan pengorbanan hewan sebagai pengganti Ismail.

Perintah dalam Al-Quran

Al-Quran mengisahkan peristiwa ini dalam beberapa ayat yang menjadi dasar bagi pelaksanaan kurban pada hari raya Idul Adha:

Surah Al-Hajj (22:34 “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka…”

BACA JUGA:  Riset Ungkap Alasan Kelas Menengah Indonesia Doyan Belanja Barang Mewah Palsu

Surah As-Saffat (37:102-107) Ayat-ayat ini menceritakan tentang ujian yang diberikan kepada Nabi Ibrahim dan Ismail serta penggantian Ismail dengan seekor domba oleh Allah.

Zaman Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW memperkenalkan dan menetapkan Idul Adha sebagai salah satu hari raya utama dalam Islam. Beliau menganjurkan umatnya untuk melaksanakan shalat Idul Adha dan menyembelih hewan kurban sebagai bentuk pengingat akan ketaatan Nabi Ibrahim.

Pada masa Nabi Muhammad, pelaksanaan kurban sudah menjadi tradisi yang diikuti oleh umat Islam, dan beliau sendiri juga melaksanakan kurban untuk dirinya dan umatnya.

Pelaksanaan Idul Adha dari Masa ke Masa

– Periode Klasik

Pada masa Kekhalifahan Rasyidin, Umayyah, dan Abbasiyah, perayaan Idul Adha melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Khalifah dan para pemimpin juga ikut serta dalam penyembelihan hewan kurban dan pendistribusian dagingnya kepada yang membutuhkan.

Periode Abad Pertengahan hingga Pra-Moderen

Idul Adha tetap diperingati dengan khidmat di berbagai belahan dunia Islam. Praktik penyembelihan kurban, shalat Idul Adha, dan pembagian daging kepada fakir miskin terus dilestarikan. Tradisi ini juga menyebar ke wilayah-wilayah baru seiring dengan penyebaran Islam.

BACA JUGA:  Hendra Setiawan Dukung Perubahan Sistem Skor di Badminton

Periode Modern

Di era modern, Idul Adha tetap menjadi hari raya yang penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Meskipun cara penyembelihan dan distribusi daging kurban dapat bervariasi tergantung pada kondisi sosial dan teknologi, esensi dari perayaan ini tetap sama.

Banyak organisasi dan komunitas muslim yang terlibat dalam pengorganisasian penyembelihan hewan kurban dan distribusinya untuk memastikan bahwa daging kurban sampai kepada mereka yang membutuhkan, termasuk melalui lembaga-lembaga amal dan sosial.

Makna dan Perayaan Idul Adha Saat Ini

Religiusitas dan Ketaatan: Idul Adha menjadi momen refleksi ketaatan kepada Allah, meneladani ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail.

Kebersamaan dan Kepedulian Sosial: Pembagian daging kurban memperkuat rasa kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama, terutama yang kurang mampu.

Ritual Keagamaan: Shalat Idul Adha yang diikuti oleh khutbah, serta penyembelihan hewan kurban yang dilaksanakan setelah shalat.

Idul Adha terus menjadi bagian penting dari kehidupan umat Islam, mengingatkan mereka akan pengorbanan, ketaatan, dan kepedulian sosial yang diajarkan dalam Islam.

Print Friendly, PDF & Email

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest Articles