EXPRESI.co, BONTANG — Warga Kota Bontang menghasilkan rata-rata 80,6 ton setiap bulan sepanjang tahun 2025 di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Bontang Lestari.

Pemerintah Kota (Pemkot) hanya melakukan penimbunan sampah di lahan tanah seluas 23 hektar tersebut. Tumpukan sampah yang kian meningkat mempercepat lahan Landfil habis.

Kepala Bidang TPA Kota Bontang, Yuniar menyampaikan harapannya agar lahan yang tersedia mampu mencukupi penimbunan sampah masyarakat dalam jangka panjang.

“Kalau bisa mengurangi sampah dari hulunya. Kalau bisa ya selama mungkin kan,” ungkapnya saat ditemui Expresi di kantornya, Selasa, 14 Oktober 2025.

Hanya 1 Lahan

Landfil merupakan pendekatan dalam melakukan pengolahan sampah. Sudah dianggarkan sebanyak Rp900 juta untuk TPA Bontang di tahun ini.

Metode landfil dilakukan dengan cara menimbun sampah di lokasi yang cekung, memadatkan, kemudian menutupnya dengan timbunan tanah. Katanya sebentar lagi akan penuh.

“Estimasi perhitungan teknisnya sekitar 2,5 tahun lagi akan penuh,” ucapnya.

Yuniar menyampaikan saat ini TPA Bontang hanya memiliki satu lahan Landfil sebagai lokasi penimbunan sampah Bontang.

Ukurannya 2,5 hektar yang telah dipakai sejak 2008 silam. Katanya Pemkot berencana membuka lahan landfil baru di TPA Bontang Lestari.

Yuniar lebih jauh menerangkan, bahwa timbunan sampah itu akan digunakan untuk menghasilkan gas metana yang hanya dimanfaatkan oleh empat titik mata kompor.

Ia mengaku belum memanfaatkan gas metana bagi masyarakat luas sebab membutuhkan pipa untuk dihubungkan ke permukiman warga.

Selain itu, pihak TPA mengatakan tidak mengetahui pasti seberapa besar hasil gas metana dari timbunan sampah di lahan tanah landfil.

“Kami tidak memiliki alat pengukur gas metananya,” imbuhnya. (*)