EXPRESI.co, BONTANG – Harga minyak dunia naik pada perdagangan Selasa (8/6) waktu AS. Kenaikan harga minyak tembus ke level tertingginya dalam dua tahun terakhir ini ditopang oleh pernyataan diplomat AS soal sanksi terhadap Iran, walaupun kedua negara mencapai kesepakatan nuklir.
Dilansir Antara, Rabu (9/6), sanksi AS tersebut akan membatasi Iran menambah pasokan minyaknya di pasar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 73 sen atau 1 persen menjadi US$72,22 per barel, tertinggi sejak Mei 2019.
Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 82 sen atau 1,2 persen menjadi US$70,05 per barel, tertinggi sejak Oktober 2018.
“Saya akan mengantisipasi sekalipun terjadi kembalinya kepatuhan terhadap JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Gabungan 2015), ratusan sanksi akan tetap berlaku, termasuk sanksi yang dijatuhkan oleh Pemerintahan Trump,” ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
“Blinken melihat realitas situasi dan mengatakan bahkan jika kami membuat kesepakatan, masih ada jalan panjang. Semua orang yang mengharapkan banjir pasokan minyak akan kecewa,” kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group di Chicago.
Minyak berjangka juga tertekan oleh data yang menunjukkan impor minyak mentah China anjlok 14,6 persen pada Mei dibanding setahun sebelumnya.
Harga minyak mentah telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Brent naik hampir 40 persen tahun ini dan WTI meningkat lebih tinggi karena ekspektasi permintaan kembali saat beberapa negara mem-vaksinasi penduduk mereka.
Pengetatan pasokan oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya, dikenal OPEC+, juga telah menopang harga minyak mentah.
Badan Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan produksi minyak mentah AS turun 230.000 barel per hari (bph) pada 2021 menjadi 11,08 juta barel per hari. Angka penurunan ini lebih kecil dari perkiraan bulan lalu.
Sementara, dua sumber pasar menuturkan persediaan minyak mentah AS turun 2,1 juta barel pekan lalu setelah penyelesaian perdagangan. Persediaan bensin naik 2 juta barel dan stok sulingan naik 3,8 juta barel.
“Lingkungan fundamental di pasar minyak tetap menguntungkan, permintaan bahan bakar pulih dengan kuat tidak hanya di AS, tetapi juga di Eropa setelah pencabutan pembatasan (sebagian),” kata Commerzbank. (*)
Editor: Bagoez Ankara