EXPRESI.co, BONTANG – Tim ekspedisi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur baru saja mengumumkan bahwa kapal van der Wijck yang legendaris itu kemungkinan besar telah ditemukan. Dalam presentasi hasil eksplorasi di Gedung Pemkab Lamongan, Kamis (21/10),  tim menunjukkan potret-potret sisa kapal uap yang berhasil dijangkau penyelam. Bagian kapal yang tampak adalah buritan kapal, cerobong uap, tiang pancang, dan tangga. Penyelam juga melihat peti-peti muatan di ada bagian belakang bangkai kapal tersebut.

“Secara pribadi saya meyakini 75 persen dari berbagai bukti yang ada, bahwa kapal yang kita eksplorasi ini adalah Kapal van der Wijck,” kata arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho, dikutip Detik.

Sisa kapal berada perairan berjarak 17 mil dari Pelabuhan Brondong, Lamongan, pada kedalaman 54 meter. Penampakan kapal tak bisa dipotret sepenuhnya karena penyelam hanya bisa mencapai kedalaman 45 meter, ditambah air keruh. Selain itu, ukuran kapal uap ini juga sangat besar, memiliki panjang 125 meter dan lebar 20 meter.

Tim arkeolog BPCB Jawa Timur mulai mencari van der Wijck sejak 29 April tahun ini. Sebanyak 25 orang dari BPCB, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan, Polisi Air dan Udara, serta nelayan bekerja menyusuri perairan Lamongan. Kisaran lokasi tenggelamnya kapal didapat tim dari dokumentasi sejarah. Menurut laporan April lalu, hari pertama pencarian, penyelam langsung bisa melihat bangkai kapal.

Faizin, salah seorang nelayan Brondong yang menjadi penyelam untuk tim ini, mengatakan bahwa warga menganggap lokasi kapal karam itu sebagai tempat angker. “Kalau pengakuan masyarakat setempat ya di lokasi itu angker sekali dan sampai sekarang tidak ada warga yang berani mendekat, meskipun di sekitar bangkai kapal Van der Wijck ikannya sangat banyak,” kata Faizin, dikutip IDN Times.

Ia mengaku, saat menyelam sempat melihat ikan barakuda sebesar batang pohon kelapa berenang di sekitar bangkai kapal. Kalau cuma ikan barakuda biasa sih, Faizin bakal santai. Masalahnya cuma kepala si ikan yang berenang-renang. Serem, tapi namanya cerita horor, gimana memastikannya.

Kapal van der Wijck yang menjadi latar populer novel dan film terkenal Tenggelamnya Kapal van der Wijck tenggelam pada 20 November 1936 dalam perjalanan Surabaya-Batavia. Kapal ini melayani rute Makassar-Palembang, berkapasitas mengangkut 1.093 orang. Di hari nahasnya, van der Wijck mengangkut 223 orang penumpang dan awak dari Surabaya. Sebanyak 153 orang selamat, 70 sisanya hilang. Dokumentasi sejarah yang memuat kronologi tenggelamnya kapal van der Wijck menyebut, kapal tiba-tiba miring dan tenggelam dengan cepat hanya dalam waktu enam menit.

Hingga kini, tak diketahui penyebabnya karamnya kapal uap pengangkut barang dan penumpang itu, namun ada dugaan karena kapal mengangkut kayu besi yang sedianya diekspor ke Afrika. Oh ya, jangan heran namanya sama dengan sebuah benteng di Kebumen, Jawa Tengah, soalnya emang diambil dari nama orang yang sama, Jonkheer Carel Herman Aart van der Wijck, Gubernur Jenderal Hindia Belanda periode 1893-1899.

Wicaksono mengatakan, dokumentasi sejarah menggambarkan van der Wijck sebagai kapal yang sangat indah. Mungkin itu penyebab kapal ini dijuluki Titanic-nya Indonesia. Istilah ini representatif sih, mengingat nasib van der Wijck yang jadi latar cerita romansa berakhir bencana.

Balik ke tim ekspedisi, tujuan awal buat mendokumentasikan bangkai kapalnya udah kelar. Hasilnya akan dipakai tim untuk bikin rencana aksi selanjutnya, terutama yang udah jelas: meneliti kepastian apakah kapal ini emang van der Wijck. Identifikasi awal ini juga jadi cara awal buat ngamanin kapal ini dari jarahan pemburu harta karun. Wicaksono nambahin, sebenarnya di perairan Jawa Timur ada banyak bangkai kapal karam sisa-sisa Perang Dunia II. Tapi banyak yang udah dijarah dengan cara diangkut, dipotong-potong, lalu dijual jadi besi kiloan.

Yang mind blowing, Pemkab Lamongan menanggapi kemungkinan telah ditemukannya kapal van der Wijck dengan berandai-andai kelak lokasi si kapal akan dijadikan wisata bawah air.