EXPRESI.co, BONTANG – Kanker serviks merupakan penyakit tidak menular yang banyak mengancam perempuan di dunia.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, setidaknya dilaporkan ada 15.000 kasus kanker serviks setiap tahunnya yang terjadi di Indonesia.

Lantaran itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bontang terus mengupayakan pengendalian dengan melakukan tindakan skrining dini terhadap penyakit tersebut.

Sayangnya, hingga kini capaian pemeriksaan penyakit ini belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Kepala Dinkes Bontang Bahtiar Mabe, melalui Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Desi Ekawati yang juga merupakan Pemegang Program Usia Produktif, mengungkapkan rendahnya capaian itu lantaran banyak orang, utamanya perempuan yang malu memeriksakan kesehatan organ reproduksinya tersebut.

Lantaran itu, pihak Dinkes tengah mengupayakan cara skrining terbaru dengan HVP (Human papillomavirus) DNA.

“Dia memakai yang pertama dengan cairan serviks pada tubuh wanita, dan yang kedua dengan cara urin. Nah yang via urin ini yang terbaru,” kata dia saat ditemui usai Workshop Penyakit Tidak Menular (PTM) yang digelar Dinkes, Rabu (17/7).

Desi melanjutkan, metode ini berbeda dengan yang selama ini dilakukan, yakni menggunakan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) yang mengharuskan duduk dengan posisi tertentu dan memperlihatkan porsio.

“Nah ini salah satu penyebab kenapa angka capaian kita rendah karena orang banyak malu memeriksakan,” terangnya.

Dia menilai, tidak hanya di Bontang namun hampir di semua daerah juga capaian pemeriksaannya rendah lantaran perasaan malu tersebut.

“Alhamdulillah ada HPV DNA ini yang metodenya berbeda dan saya yakin nanti pasti bisa melesat capaiannya seperti yang terjadi di Kutai Kartangera,” tandasnya.

Dia menyebut alat HPV DNA tersebut tidak lama lagi ada di Bontang dan akan segera difungsikan. “Rencana tahun ini, kalau bukan Oktober, mungkin November,” pungkas dia. (Adv)