Sejumlah jet tempur Filipina itu dikirim ke terumbu karang Whitsun yang dianggap masuk ke dalam Zona Eksklusif Ekonomi mereka.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Sabtu (27/3) malam pekan lalu, Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, mengatakan jet-jet militer Filipina dikirim setiap hari untuk memantau situasi di perairan itu.
Dia juga mengatakan akan menambah jumlah armada Angkatan Laut di Laut China Selatan untuk melakukan patroli wilayah dan melindungi para nelayan Filipina.
“Aset udara dan laut kami siap untuk melindungi kedaulatan dan hak kedaulatan kami,”
Sejauh ini, Kedutaan Besar China di Manila belum memberi tanggapan mengenai keputusan Filipina mengerahkan jet tempur untuk memantau situasi di kawasan sengketa itu.
Sebanyak 200 kapal nelayan China tertambat di terumbu karang Whitsun yang termasuk dalam Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) berjarak 200 mil dari Filipina.
Selain Filipina, Vietnam juga merasa risih dengan kehadiran ratusan kapal nelayan China itu.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyampaikan masalah itu kepada duta besar China.
“Presiden mengatakan kami sangat prihatin. Setiap negara akan prihatin dengan jumlah kapal itu,” kata juru bicara Duterte, Harry Roque, dalam jumpa pers pada 25 Maret lalu.
Roque mengatakan dalam konferensi pers itu Duterte menegaskan kembali kepada duta besar China, Huang Xilian, bahwa Filipina memenangkan kasus arbitrase pada 2016, mengenai sengketa di Laut China Selatan.
Putusan itu juga membatalkan klaim 90 persen garis imajiner China atas Laut China Selatan.
Senada, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam, Le Thi Thu Hang, mengatakan kapal-kapal China yang berada di terumbu karang itu melanggar kedaulatan wilayah.
“Vietnam meminta China menghentikan pelanggaran ini dan menghormati kedaulatan Vietnam,” kata Hang dalam konferensi pers rutin.
Sekutu Filipina, Amerika Serikat, menyatakan dukungan dalam kisruh kedua negara itu soal ratusan kapal yang tertambat di perairan yang disengketakan di Laut China Selatan.
“Kami mendukung Filipina, sekutu perdagangan kami di Asia sejak lama,” demikian isi pernyataan Kedutaan Besar AS di Manila pada 23 Maret lalu.
Kedubes AS juga menyatakan kekhawatiran mereka atas dugaan China menggunakan “milisi maritim untuk mengintimidasi, memprovokasi, dan mengancam negara lain, yang membahayakan perdamaian dan keamanan di kawasan.